Bismillahirrahmaanirahiim
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ
اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ
أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.
Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui. (QS 29-Al ‘Ankabuut : 41)
Ayat tersebut mengemukakan betapa lemahnya sarang laba-laba.
Kitapun
mungkin pernah mengais-ngais sarang laba-laba yang ada di sekitar rumah
kita, yang memang nampak lemah karena mudah nian untuk dirusak.
Dan fakta lain justru menunjukannya sebagai sejenis serat yang sangat kuat.
Para
ilmuwan di berbagai negara (a.l. Amerika Serikat) dewasa ini tengah
bergiat meneliti misteri kekuatan serat sarang laba-laba secara lebih
mendalam.
Beberapa hasil riset telah mengungkapkan bahwa serat
tersebut ternyata lebih kuat daripada serat yang hingga kini dianggap
terkuat (kevlar dan serat baja).
Hingga saat ini sudah dapat
diketahui, bahwa kekuatan serat sarang laba-laba sekitar 3 kali serat
kevlar (serat bahan rompi anti peluru) dan 5 kali lebih kuat dari serat
baja.
Ayat Qauliyah dan ayat Kauniyah (atau realitas faktawi)
yang pasti serba berkait erat dan saling membuktikan itu dapat kita
ambil hikmahnya, a.l. sebagai sebentuk praktik cara mempersepsi ayat dan fakta yang mesti selalu kaaffah
(= mempertalikan realitas secara relevan dan menyeluruh, proporsional,
serta tepat), agar terhindar dari bentuk-bentuk persepsi yang mengarah
kepada kekufuran (kufur ayat).
Sebelum adanya penelitian yang
mengungkap kekuatan serat sarang laba-laba, kita semua nampaknya sudah
sepakat bahwa serat itu memang sangatlah lemah.
Dan kemudian persepsi
kita terhadap ayat tersebut barangkali bisa jadi sedikit agak ‘berubah’
setelah mengetahui fakta-fakta di sebaliknya yang malah menampakan
kekuatannya.
Perkembangan pemikiran seperti itu sebenarnya juga kian menegaskan tentang sifat dinamis yang melekat pada daya persepsi manusia terhadap segala realitas, termasuk terhadap seluruh ayat Al Qur’an yang sifatnya mutlak (= pasti benar dan tetap pula kebenarannya itu).
Dalam
hal ini bahwa dari sudut pandang kita (manusia) selaku perseptor, maka
setiap teks Al Qur’an akan selalu nampak berkait secara dinamis dengan
konteksnya. Baik dalam konteks antar kata atau kalimat di dalam ayat,
antar ayat, dan di antara surat (yang relevan tentunya), maupun konteks
yang berkait dengan dinamika fakta-fakta Kauniyahnya.
Karena
keterkaitan antar konteks tersebut, sementara fakta Kauniyahnya selalu
berkembang (atau dinamis), maka bentuk-bentuk pertalian maknanya pun
niscaya akan selalu nampak proporsional (atau khas).
Seperti
halnya pertalian konteks ayat yang berkenaan tentang perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah yang adalah
sangat lemah, dengan dinamika faktawi yang kita ketahui di jaman modern
ini tentang betapa kuatnya serat sarang laba-laba (atau katakanlah bahwa
serat tersebut satu-satunya bahan / materi yang paling kuat).
Selalu proporsionalnya nampak a.l. sbb :
- Bahwa serat laba-laba sebagai sarang (atau sejenis rumah), sampai kapanpun akan nampak lemah menurut ukuran manusia.
- Kemudian serat itu menjadi nampak kuat (menurut ukuran manusia pula), setelah melalui proses tertentu yang bentuknya bukan lagi sebagai sarang laba-laba.
- Apabila perumpamaannya kita buat terbalik, maka makna lain yang tersirat dari kekuatan serat itu boleh jadi juga berkait dengan konteks faktawi yang hingga kini nampak sedemikian marak terjadi di belahan bumi manapun. Yaitu betapa ‘kuat’ (dalam arti banyak)nya umat manusia (termasuk di kalangan yang mengaku Islam) yang mencari perlindungan kepada selain Allah.
- Dan dalam 'Pandangan' Allah ta'ala, dalam bentuk seperti apapun (sarang atau bukan sarang), yang dibentuk oleh manusia jadi sebesar dan sebanyak apapun, tetap sahaja semua itu lemah adanya.
Dengan demikian menjadi kian jelaslah pertalian maknawi dari ayat tersebut.
Bahwa sesuatu di dunia ini yang paling kuat sekalipun dan sebesar serta sebanyak apapun, apabila itu dijadikan berhala atau dijadikan pelindung selain Allah, maka dari sudut pandang manapun pastilah sang sesuatu itu jadi nampak lemah (tiada kekuatan samasekali), bila dibanding Allah ta'ala Yang Al Qawiyyu (Maha Kuat), Al Matiinu (Maha Kokoh), dan Al Waliyyu (Maha Pelindung dan sebenar-benarnya Dzat Yang Maha Pemberi perlindungan).
Dan tentunya apalagi bila kita (atau umat manusia di jaman dahulu) sebatas mengetahui sarang laba-laba itu sebagai sejenis rumah yang lemah.
Wallahu’alam bisshawab.
Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil'adziim ...
Itu semua atas kehendak dan kuasa Allah semata.
BalasHapusItu semua atas kehendak dan kuasa Allah semata.
BalasHapusPerlu keilmuwan yang tinggi dalam menafsirkan jangan hanya mengandalkan pikiran manusia yang terbatas. Bertanyalah pada alim ulama bila ada yang ragu dan dasarkanlah pada alquran dan hadits.
BalasHapusPengetahuan harus diimbangi dengan ayat-ayat yang ada di Al-Qur'an.. semoga kita dapat mengambil pelajaran
BalasHapus