bertaubalah sebelum terlambat

Manusia adalah makhluk lemah. Tak kuasa untuk bersih dari dosa dan maksiat. Ditambah dengan godaan pasukan iblis yang berusaha selalu menyeretnya ke dunia hitam. Di saat yang sama, Allah membuka pintu taubat yang seluas-luasnya, agar mereka tidak putus asa dari rahmat Sang Pencipta. Tinggal satu yang perlu digugah: Kapan saatnya kita mau bertaubat?

Dari Pemuda untuk Kejayaan Peradaban

Kekuatan dan kapasitas pemuda dalam menuntut ilmu dijalan Alllah SWT

Belajar dari masa lalu

Kemarin adalah masa lalu yang bisa dijadikan pelajaran untuk menjalani hidup di masa sekarang demi meraih sebuah harapan di masa depan yang lebih baik dari masa lalu dan masa sekarang

Hargai waktu, Karena masa lalu tak dapat diubah

Menjadi apa anda di 5 tahun mendatang adalah cerminan sikap dan aktivitas yang anda lakukan sekarang itu tercemin dari bagaimana anda menggunakan waktu anda. Gunakan waktu dengan bijak karena waktu terus berjalan tanpa memihak kepada siapapun. Waktu sangatlah berharga dan terbatas dan sudah seharusnya di gunakan dengan sebaik-baiknya.

Ulul Albab (Generasi Muslim Cerdas Berkualitas)

Cerdas dalam kaca mata kita tentu ditujukan untuk mereka yang pandai mengurai dan memecahkan masalah dalam ilmu pengetahuan tertentu, atau mereka yang mampu menyelesaikan satu problem tertentu. Tapi kita tak pernah siap mendalami apa konsep manusia cerdas dengan kacamata wahyu, yaitu pandangan Alloh subhaanahu wata’ala .

Sabtu, 16 April 2016

Manfaat Bersedekah

Manfaat memeluk agama islam banyak mengenal konsep sosial yang memerintahkan umatnya untuk saling tolong-tolong menolong antar manusia dalam kebaikan. Konsep zakat, qurban, dan salah satunya adalah ibadah sedekah, yang selain mempererat hubungan dengan Tuhan namun juga dengan sesama Manusia.
Perintah sedekah ini terdapat pada firman Allah dalam Alqur’an, surat An Nissa ayat 114:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali dari bisikan-bisikan orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat kebaikan atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar”.
Sedekah bukan hanya soal memberikan sebagian harta bagi yang membutuhkan, namun manfaat sedekah lebih luas akan dirasakan pada orang yang melakukannya seperti berikut :
1. Memperkuat keimanan
Ibadah adalah sarana yang berarti suatu pengabdian yang dilakukan seorang hamba kepada Tuhannya. Bersedekah di dalam agama adalah sebagai salah satu perintah bagi umat muslim. Bersedekah dengan niat demi ibadah karena Allah, maka akan memupuk rasa keimanan kita terhadap Allah. Hal ini sepertimanfaat qurban yang mengajarkan berbagi kebahagiaan di hari idul Adha.
2. Meningkatkan rasa empati sosial
Konsep sedekah secara esensi adalah dengan memberikan apa yang kita punya baik imateriil mapun materiil untuk orang yang lebih membutuhkan. Perilaku bersedekah mensyaratkan adanya sesuatu yang bisa di berikan dan juga siapa yang diberi. Bagi orang yang memberi sedekah semata-mata untuk membantu meringankan beban orang yang dibantu akan melatih sikap empati kita terhadap orang lain.
Hal lain yang bisa dilakukan untuk memupuk rasa empati adalah dalam manfaat ilmu sosiologi dalam kahidupan.
3. Terhindar dari nilai materialisme
Khusus untuk bersedekah secara harta membuat kita harus berani mengurangi apa yang kita punya untuk kebaikan orang lain. Hal ini baik agar kita tidak menjadi orang yang gila harta yang tidak rela hartanya diberikan cuma-cuma untuk orang lain.
Sifat tersebut adalah tanaman nilai materialisme yang justru akan membuat kita hanya memikirkan kebahagiaan duniawi semata. Oleh karena itu perlu adanya kebiasaan yang menjaga kita terhindar dari nilai-nilai materialisme, dan dengan manfaat sedekah termasuk salah satunya.
4. Rasa syukur kepada Tuhan
Manfaat sedekah turut mengingatkan kita bahwa apa yang kita punya adalah kenikmatan yang tidak lepas dari izin tuhan. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur maka perlu membagi kenikmatan yang kita punya kepada orang lain yang kurang beruntung.
Dalam islam rasa syukur ini juga terdapat dalam manfaat ayat kursi dalam ayat suci Alquran.
5. Melatih berpikir positif
Bagi orang yang bersedekah dengan ikhlas maka tidak akan ada kekhawatiran baginya. Manfaat berpikiran positif tentang sedekah ini, akan membuatnya berpikir bahwa apa yang telah dilakukannya tersebut justru akan memberikan manfaat jangka panjang. Sehingga secara bahasa jawanya, dia tidak akan merasa “eman” dan justru akan menganggap akan ada hal yang baik yang akan diterima dirinya ketika melakukan kebaikan dengan bersedekah.
6. Terhindar dari sifat kikir
Ini adalah salah satu sifat buruk yang perlu dihindari. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan juga makhluk sosial, tidak sepatutnya kita sombong dengan menganggap bahwa apa yang di dapat adalah karena usahanya semata.
Perlu di ketahui nasib kita, entah baik atau buruk pastilah terikat dengan campur tangan Tuhan dan sangat dimungkinkan ada campur tangan orang lain yang mempengaruhi. Oleh sebab itu dengan manfaat sedekah akan mengingatkan kita untuk tidak memiliki sifat kikir.
7. Meningkatkan kekebalan Tubuh
Menariknya, dengan bersedekah ada efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan kita. Berbeda dengan manfaat buah-buahan atau sayuran yang biasa dikonsumsi, menurut penelitian yang dilakukan Prof. David M Clelland. Dia menemukan bahwa dengan melakukan sesuatu yang positif untuk orang lain seperti bersedekah akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
8. Semakin panjang umur
Manfaat ini tidak kalah menariknya, dengan bersedekah akan membuat kita lebih panjang umur. Hal itu diperkuat oleh pendapat Dr Stephen Post yang di dalam bukunya menyebutkan bahwa sifat dermawan cukup menyehatkan dan bisa memanjangkan umur kita.
Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Stephanie Brown pada tahun berasal dari University. Penelitian tersebut melibatkan partisipan para manula, Penelitian tersebut menemukan bahwa manula yang gemar bersedekah memiliki resiko lebih kecil untuk meningggal dalam rentan 5 tahun berikutnya dibandingkan dengan manula yang tidak pernah bersedekah.
Mempuk jiwa dermawan juga diajarkan dalam manfaat zakat sebagai ibadah wajib dalam islam.
9. Memiliki tubuh lebih bugar
Hal itu di ungkap oleh James House dalam studinya ia menyimpulkan bahwa dengan membantu orang lain dengan sepenuh hati akan meningkatkan kebugaran tubuh dan meningkatkan angka harapan hidup.
10. Mendapat rasa bahagia
Dengan bersedekah akan menghadirkan perasaan bahagia. Hal itu di ungkap oleh Elozabeth Duun dalam risetnya, ia menemukan bahwa dengan membelanjakan harta di jalan kebaikan untuk membantu orang lain akan mendorong produksi hormon-hormon kebahagiaan di dalam otak kita.
Selain bersedekah, lakukan hal-hal yang disukai untuk mendapatkan kebahagiaan seperti pada :
11. Terhindar dari stress
Dalam bukunya, Allan Luks mengatakan bahwa dengan menolong orang lain akan meringankan rasa sakit kita sendiri, serta mengurangi stress. Dengan memberikan bantuan secara dengan rela akan meningkatkan produksi endrofin, hal itu baik untuk kesehatan jiwa kita. Penelitain yang dilakukan Allan Luks melibatkan 3000 sukarelawan, dan 90%-nya merasakan betul manfaat berbagi dengan orang lain.
12. Berlatih bersikap Adil
Studi di Belgia yang melibatkan 466 pelajar. Mereka ditanya tentang seberapa sering berbagi dengan orang lain dan kemudian di bandingkan dengan perilaku alturistik mereka. Hasilnya Charlotte De Backer yang memimpin penelitian tersebut mengatakan bahwa Mereka yang sering berbagi memiliki sikap adil, dan tidak berani mengambil hak orang lain.
Hal itu menunjukkan bahwa dengan manfaat sedekah, akan mengingatkan kita mengenai kewajiban kita sebagai makhluk sosial. Untuk bersikap adil kepada mereka yang membutuhkan dengan memberikan bantuan sosial.
13. Menurunkan tekanan darah
Hal ini akan sangat bermanfaat agar kita terhindar dari hipertensi atau tekanan darah tinggi. Studi yang dilakukan pada tahun 2006 menemukan bahwa orang yang suka menolong dan memiliki motivasi untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain akan membuatnya memiliki tekanan darah yang stabil.

Manfaat Sedekah Bagi yang Menerimanya

1. Meringankan beban biaya hidup
Tentu jika kita bersedekah maka akan memberikan daya tambahan kepada orang yang menerima bantuan kita. Dengan begitu beban masalah yang dimiliki akan berkurang. Hal ini menjadi perlu menjadi perhatian kita karena kita berada pada satu lingkungan sosial yang sama namun ada orang disekitar kita yang kurang beruntung dan perlu diangkat beban penderitaannya.
 2. Menumbuhkan sikap optimisme
Ketika kita memberikan bantuan kepada orang lain. Maka orang yang menerima tersebut akan muncul harapan baru. Kepedulian yang kita berikan akan menjadi semangat tersendiri bagi mereka untuk bisa menghadapi masalah dengan sikap optimis, karena kita membuat mereka sadar bahwa masih ada orang-orang dermawan bersama mereka untuk membantu meringankan beban hidup mereka.
Manfaat taat kepada Allah senantiasa akan membukakan jalan untuk membuat diri lebih baik dari sebelumnya.
3. Mencegah perbuatan yang munkar
Kemiskinan, kelaparan, apapun kondisi kekurangan yang dialami seseorang sangat rentan akan menimbulkan tindakan yang tercela. Ketidak berdayaan yang dialami membuat mereka berpikir jalan praktis untuk melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. Oleh karena itu, dengan membuat mereka tetap optimis menjalani hidup dengan bantuan dari kita, maka turut mencegah mereka dari berbuat tindakan menyimpang.
4. Menjaga keimanan terhadap Allah
Keimanan seseorang kadangkala juga luntur tatkala mereka diuji dengan kondisi kekurangan. Sebagian dari mereka akan mengeluh kepada Tuhan yang dianggapnya tidak adil. Hal itu justru akan berbahaya dan bisa menurunkan kadar keimanan mereka. Oleh karena itu manfaat sedekah kepada orang yang menerimanya, maka akan membantu menjaga keimanan mereka kepada Allah.

Manfaat Sedekah bagi Lingkungan sosial

1. Membangun budaya tolong menolong
Jika kita membiasakan diri untuk menolong orang lain yang membutuhkan, dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Jika ini dilakukan oleh banyak orang, maka akan muncul budaya saling tolong-menolong.
2. Menurunkan tingkat kriminalitas
Dampak berikutnya bagi kondisi sosial masyarakat kita adalah akan terhindari dari kejahatan-kejahatan yang dilakukan sebagian kalangan, yang dilandasi alasan ketidakmampuan sehingga menuntut mereka untuk berbuat kriminal. Oleh karena itu, dengan membudayakan manfaat sedekah akan mempengaruhi angka kriminalitas yang terjadi.
3. Mengatasi masalah kesenjangan sosial ekonomi
Dampak jangka panjang yang di dapat dari manfaat sedekah, dalam masyarakat kita adalah jarak antara si kaya dan si miskin yang tidak lagi terlalu senjang. Artinya kesenjangan ekonomi akan bisa di kurangi ketika kita membantu mengangkat kalangan bawah dan mendukungnya untuk bisa memperbaiki nasib ekonomi mereka.

Sains dan ilmu pengetahuan

   Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengankata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[8]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agamaIslam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai waktu-waktu tertentu”[9]. 
     Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknelogi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.

"Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan" (Q.S Ar - Rahman: 55/33).

    Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknelogi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menmbus angksa luar bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknelogi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan pelanet-pelanet lainnya. Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmua barat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam “kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui
Spanyol[10]” dan ini di akui oleh sebagian mereka. Sains dan teknelogi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, itu semua sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam al-qur’an, karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi al-Qur’an telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu, dan ini termasuk bagian dari kemukjizatan al-Qur’an, dimana kebenaran yang terkandung didalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiyah oleh sipa pun.

   Bagaimana Agama Memposisikan para Ilmuwan.Ilmu adalah cahaya yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Dengan keberadaan bahwa agama (Islam) begitu tinggi dalam memposisikan ilmu, tidak diragukan lagi bahwa kedudukan orang yang berilmu pun di sisi Allah memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang-orang yang tidak berilmu. Demikian mulia kedudukan orang yang berilmu, sehingga dalam al-Qur’an pun banyak yang menjelaskan hal tersebut. Diantaranya termakhtub dalam surah al- Mujadalah:11, Allah berfirman “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.”    Selain termakhtub dalam al-Qur’an, terdapat pula ribuan hadits mengenai ilmu, dan beberapa sabda rasul mengenai kedudukan orang yang berilmu. Yakni: “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu maka Allah mudahkan jalannya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan membuka sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada diair. Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan di atas seluruhbintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar, tidak juga dirham, Yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yangmengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.    Faktor lain yang menggambarkan tentang tingginya dan sangat mulianya orang yang berilmu, yakni adanya janji Allah akan surga bagi mereka yang berilmu. Hadist nabi “Barang siapa menuntut ilmu maka dimudahkan Allah jalannya menuju surga”(HR. Imam Muslim). Jadi janji surga yang akan diberikan kepada penuntut  ilmu telah mendorong begitu banyak ilmuwan untukterus menuntut ilmu. Selain hadist tersebut, adapula hadist yang diriwatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud dan Turmizi “Sesungguhnya malaikat akan menaungi sayap-sayap mereka kepada  penuntut ilmu tanda ridha dengan apa yang mereka lakukan”.

     Dalam menuntut ilmu, agam Islam juga mengajarkan bahwa ruang bidang ilmu yang dipelajari tidak hanya harus terkungkung pada satu sudut ruang saja. Nabi bersabda kepada ummatnya; “Tunututlah ilmu sekalipun sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist tersebut jika kita tela’ah dengan seksama, jika agama islam hanya menganjurkan kepada ummatnya untuk menuntu ilmu pada satu bidang tertentu saja (agama), maka tidak mungkin Nabi bersabda untuk menutntut ilmuhingga ke  negeri Cina. Merujuk pada keadaan pada saaat itu, bias diyakini bahwa ilmu Islam belumlah berkembang. Jadi yang dimaksud Nabi pada saat itu tentulah menganjurkan untuk juga mempelajari berbagai macam bidang ilmu, baik ilmu perbintangan, ketentaraan, keagamaan, al-jabbar, dan sebagainya

DAFTAR PUSTAKA

Kartanegara, Mulyadhi. Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam. Baitul Ihsan. Jakarta: 2006.
Heriyanto, Husein. Perkembangan Sains Islam Jilid Pertama. Makalah yang dipresentasikan  pada   seminar “Kritik   dan   Kontekstualisasi   Peradaban  Islam” .   
 Fakhry, Majid. Sejarah Filsafat Islam; Sebuah Peta Kronologis. Jakarta: Mizan.2002


kemajuan sains dan teknologi dalam islam

Kebutuhan akan agama sebenarnya berada jauh lebih dalam di jiwa manusia. Tak peduli secanggih apapun teknologi. Sudah menjadi fitrah manusia yang dicondongkan jiwanya ke agama (Q:30:30). Dimana ketinggian tingkat dalam pengetahuan , ekonomi dsb tidaklah menjadikan manusia mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup. Toh telah terbukti tingkat bunuh diri lebih tinggi terjadi di masyarakat yang secara ekonomi maupun teknologi lebih maju. 

Masalahnya adalah, kemajuan bisa mengaburkan atau membelokkan kesadaran manusia dari pemenuhan kebutuhan spiritual tersebut. Terlebih lagi disebabkan agama terbesar di negara maju telah kehilangan taringnya sebagai penunjuk jalan, sekarang tak lebih sebagai dongeng atau mitos belaka yang hanya cocok jadi bahan gurauan di pub (warung kopi) atau sebagai identitas pemersatu dalam konflik Internasional. 

Disinilah mulai bangkitnya paham2 baru yang tidak menihilkan Tuhan melainkan melepaskannya dari sekat agama. Tetapi kemudian dalam perspektif baru ini (yang sedang berlangsung sekarang) segala batasan moral menjadi elastis bisa diulur kesana kemari, yang pada akhirnya kembali menghasilkan kekosongan baru di jiwa manusia. Sebuah lingkaran setan. 

Pada titik inilah sebenarnya Islam bisa menjadi kandidat baru karena simplisitas dan logis ajarannya. Hanya baju luarnya sekarang yang masih compang-camping menutupi keindahan didalamnya.

dalam hadist itu dikatakan "janganlah makan dan minum dengan berdiri/berjalan" 
saya mengkaitkan ini dengan ilmu kesehatan, karna apabila berjalan atmosfer itu penuh debu, apakah kita mau makanan kita terkontaminasi dengan kuman? 

satu lagi islam menganjurkan agar segala sesuatunya didahului dgn membaca bismillah. 
nah, akhir ini ilmuwan di jepang melakukan riset dengan cara mengumpukan orang2 dari beberapa suku dan agama
dan memintanya untuk meminum air di dlm gelas. 
ternyata, bekas air di gelas orang yang bergama islam itu susunan molekulnya tersusun rapi (HANYA ORG ISLAM), sdgkn lainnya molekulnya berantakan. 

tergantung bagaimana mendefinisikan keber-agama-an (agama itu apa?). kalo agama didefinisikan sebagai perangkat aturan yang rigid, kaku, tidak fleksibel, jelas agama akan kehilangan momentumnya. buat sebagian orang (penganut agama), ajaran (syariat) agama bersifat mutlak, tidak dapat dinegosiasi (fanatik, konserfatif), sedang sebagian lagi cenderung menganut paham kompromistis (liberal?). 

1. Sains mengajarkan seseorang mengandalkan "brain atau logos" dalam menata kehidupannya. 
2. Agama membimbing manusia menghadapi kehidupan ini dengan "kepercayaan dan atau keyakinan" agama yang dianutnya. 
3. Jika kedua "mind set" itu dipertemukan / dipersatukan / digabung maka akan menjadi sebuah kelengkapan yang luar biasa bagi seseorang dalam menghadapi kehidupan. 
4. Anehnya, semakin tinggi seseorang menguasai "science and technology" lebih mengandalkan "rasio"; sedang tingkat "kepercayaan" akan sesuatu di luar kendalinya dianggap "nisbi" dan tak perlu diikuti. 
5. Sebaliknya semakin tinggi tingkat "relegiusitas" seseorang makin tidak rasional, artinya "lebih mengandalkan keyakinannya daripada rasionya", dan akan berbahaya jika sampai "radikal" 
6. Akan tetapi tidak semua "scientist, technolog" berperilaku seperti itu, demikian juga tidak semua "theolog/penganut agama yang khusuk" berperangai seperti itu. 
7. Yang paling safe tentu mengimbangi peran agama dalam kemajuan "sains dan teknologi" dari seseorang maupun sekelompok orang. 
8. Jika manusia mengandalkan seratus prosen "sains dan teknologi" dalam menyikapi hidup maka hasil yang didapat adalah "merasionalkan semua masalah berdasarkan tata pikir / mind set -nya", padahal tidak selalu demikian. 
Contoh sederhana : "Bencana dapat dihadapi dengan mempersiapkan diri terhadap gejala alam, berdasarkan analisis ilmiah terhadap penyebab bencana itu" 
9. Untuk kaum relegius : "Bencana itu terjadi karena "dosa" manusia, baik pemimpin/birokrat/ pemerintah atau manusia dalam pengertian umum". Memang ada benarnya, tetapi jika kita telusur lebih jauh maka segala sesuatu dapat diantisipasi berdasarkan kebenaran ilmiah sembari meyakini bahwa TUHAN menggunakan akal kita untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah itu. 

berhubung saya beragama islam, saya tinjau dari pendekatan islam itu sendiri. sebagaimana kita tahu ayat pamungkas tentang dien (agama) adalah qs. al maidah:3, penggalannya, 
"...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..." 
dari sini bisa diambil beberapa kesimpulan: 
1. ada agama yang dinamakan islam 
2. ada agama lain sebelum agama islam yang sekarang 
3. agama islam (sekarang) merupakan versi pamungkas (penyempurna) yang sifatnya paripurna 
4. karena sifat paripurnanya, tidak ada lagi perubahan (penyempurnaan) ajarannya 
5. islam "dianggap" (adalah) merupakan agama yang paling cocok untuk manusia sekarang (sampai akhir zaman) (apakah satu2xnya?) 
dari kesimpulan diatas, muncul beberapa pertanyaan baru, sesungguhnya apakah agama sebelum islam yang sekarang itu, dimana letak ketidaksempurnaannya, bagian mana yang disempurnakan, seberapa lentur islam itu dapat mengakomodir kemungkinan perubahan zaman dan peradaban? (misalkan, kita sudah mencapai kemajuan seperti yang digambarkan dalam startrek atau time cop) 
[cukup sebegini dulu ya, panjang sekali kalo mau didiskusikan] 
tentang spiritual, justru tidak ada masalah, semakin tinggi ilmu pengetahuan dan peradaban, semakin tinggi pula kesadaran spiritual manusia. lihat saja sekarang, begitu banyak orang mengajarkan kebijaksanaan dengan basis spiritualisme. bahkan ilmuwan/wati alam, jika sudah mencapai puncaknya, pasti akan menjadi spiritualis, perhatikan einstein, hawkings, chandrasekar, minkowski dll. 

AKAL DAN WAHYU

Pengertian dan Konsep Akal
otakKata akal berasal dari kata Arab al-‘Aql (العـقـل), yang berarti paham dan mengerti. sehingga dapat diambil arti bahwa akal adalah peralatan yang dianugerahkan Allah SWT. kepada manusia untuk membedakan serta menganalisis antara yang salah dan yang benar.
Dalam pandangan para filosof islam, kata al-‘aql mengandung arti yang sama dengan kata Yunani “nouse”, yang berarti daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Abu Huzail mengatakan “akal merupkan daya untuk memperoleh pengetahuan, dan juga daya yang membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dan benda lain, dan juga antara benda yang satu dari yang lain”. Sedangkan menurut kaum teolog, akal juga mempunyai daya untuk membedakan antara kebaikan dan kejahatan.
Dalam pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah. Orang berakal, menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang membedakan manusia dari mahluk lain.
Sehingga dapat diambil kesimpulan, akal adalah anugerah atau kelebihan yang diberikan Allah SWT. kepada umat manusia yang berfungsi untuk berpikir, sehingga diperoleh pemahaman dan pemecahan terhadap suatu masalah. Dan dengan akal inilah, Allah SWT. meninggikan derajat manusia diatas mahluk-mahluk yang lain.
Fungsi Akal
Adapun, beberapa fungsi dari akal adalah sebagai berikut :
  1. Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
  2. Alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
  3. Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.
  4. melihat secara abstrak dalam arti berfikir (nazara)
  5. merenungkan (Tadabbara), berfikir (Tafakkara) dan mengerti atau paham (Faqiha)
  6. mengingat, memperoleh peringatan, mendapat pelajaran, memperhatikan dan mempelajari. (Tazakkara)
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap manusia,  yang akan meninjau antara baik dan buruk serta akibat yang ditimbulkan dari hal dikerjakan tersebut. Dan  Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna ketika tidak didasarkan akal. Iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat. Dan akal yang menjadi sumber keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.
  Pengertian dan Konsep Wahyu
qur'an sebagai wahyuKata wahyu berasal dari kata arab الوحي, yang secara etimologi berarti suara, bisikan, isyarat dan kecepatan. Wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya.
Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT.,  baik melalui perantara maupun tanpa perantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.
Sedangkan, pengertian wahyu secara terminologi adalah firman (petunjuk) Allah SWT. yang disampaikan kepada para nabi dan auliya’ untuk disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman hidup. Karena wahyu bersumber dan datang dari Allah SWT., maka wahyu bersifat mutlak (absolut). Dalam islam wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. terkumpul dalam Al-Qur’an. Sehingga dalam defenisi yang lebih ringkas, wahyu adalah “كلام الله تعالى المنزل على نبي من أنبيائه”(Kalam Allah SWT. kepada para nabi-Nya).

Fungsi wahyu
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada Tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.
Wahyu secara tersirat adalah senjata yang diberikan Allah SWT. kepadaNabi-Nya untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai keberadaanya, dan juga sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.

Cara Wahyu Allah SWT. Turun Kepada Para Rasul
Adapun cara penyampaian wahyu kepada para rasul dijelaskan dalam tabel berikut :
Tanpa melalui peranta
Melalui perantara malaikat
Mimpi yang benar dalam tidur
(kisah nabi Ibrahim yang mendapat wahyu untuk menyembelih putranya ketika tidur).
Datang kepadanya suara seperti dencingan lonceng dan suara yang sangat kuat sehingga mempengaruhi faktor-faktor kesadaran.
Kalam ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara (ketika I’sra’ dan Mi’raj nabi ).
Malaikat menjelma sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia.
Hubungan dan Integrasi Antara Akal dan Wahyu Dalam Islam
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. yang paling sempurna. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal, yang dengannya manusia diberi kemampuan oleh Allah SWT. untuk berpikir. Akal yang dimiliki manusia digunakan untuk memilih, mempertimbangkan, dan menentukan jalan pikirannya sendiri. Dengan menggunakan akal, manusia mampu memahami Al-Qur’an yang diturunkan sebagai wahyu oleh Allah SWT. kepada nabi Muhammad SAW. Dengan akal pula, manusia mampu menelaah sejarah islam dari masa lampau sampai masa sekarang. Akal juga digunakan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dalam ajaran agama Islam, ada dua jalan untuk memproleh pengetahuan, pertama dengan jalan akal, kedua dengan jalan wahyu. Kemudian timbul pertanyaan, pengetahuan mana yang lebih dipercaya, pengetahuan yang diperoleh melalui akal, pengetahuan melalui wahyu, atau pengetahuan yang diperoleh melalui kedua-duanya ?
Akal merupakan indikator bagi manusia sehingga dikatakan makhluk paling sempurna dibanding dengan yang lain.  Akan tetapi, meskipun demikian akal bukanlah penentu segalanya. Ia tetap memiliki kemampuan dan kapasitas yang terbatas. Oleh karena itulah, Allah SWT. menurunkan wahyu-Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat.
Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera penglihatan manusia. Oleh karena itulah, Allah SWT. menurunkan wahyu-Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat.
Meletakkan akal dan wahyu secara fungsional akan lebih tepat dibandingkan struktural, karena bagaimanapun juga akal memiliki  fungsi sebagai alat  untuk memahami wahyu, dan agar wahyu tersebut dapat dijadikan petunjuk dan pedoman kehidupan manusia, maka  harus melibatkan akal untuk memahami dan menjabarkannya secara praktis. Manusia diciptakan oleh tuhan dengan tujuan yang jelas, yakni sebagai hamba Allah SWT. dan khalifah, dan untuk mencapai tujuan  tersebut manusia dibekali akal dan wahyu.
Kedudukan antara wahyu dalam islam sama-sama penting. Karena islam tak akan terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat berpengaruh dalam segala hal dalam islam. Dapat dilihat dalam hukum islam, antar wahyu dan akal ibarat penyeimbang.
Setelah mengetahui bahwa akal adalah daya untuk memperoleh pengetahuan dengan memakai kesan-kesan yang diperoleh pancaindera sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan; dan wahyu adalah sabda Tuhan yang disampaikan kepada orang-orang pilihanNya (nabi dan rasul) untuk umat manusia, yang dari sabda Tuhan itu manusia memperoleh keterangan dan pengetahuan yang diperlukan dalam perjalanan hidupnya, maka nyatalah akal dan wahyu itu sebagai sumber pengetahuan manusia.
Opini penulis
Menurut penulis, wahyu berfungsi menyempurnakan dan membimbing hasil penemuan akal agar tidak terjerumus pada kesesatan. Seperti apabila kita mengamati dari mana asalnya apel? Akal akan mencari sumber asal apel tersebut, ternyata ditemukanlah apel berasal dari pedagang. pedagang dari mana, dari petani. petani dari mana, dari kebun. maka terlihat di kebun apel tersebut ternyata apel tumbuh dari pohon apel. Siapa yang menumbuhkan pohon tersebut? ternyata apabila dipikirkan, bukanlahh petani yang membuat tumbuh pohon apel, karena petani hanya mampu berharap bahwa benih pohon yang ditanam tumbuh dengan subur, petani tidak mampu untuk menentukan apakah pohon apel akan tumbuh subur dan berbuah apel bukan buah tomat ataupun buah yang lain.
Berarti dari simulasi tersebut akal mampu menemukan apel bersal dari pohon yang ditanam petani. selanjutnya akal berpikir lagi, siapa yang membuat pohon apel tersebut tumbuh? Akal akan menjawab pasti ada satu Dzat yang Maha segalanya yang mengatur ini semua. Pertanyaannya, siapa Dia? Akal akan menjawab itulah Tuhan. siapa Tuhan itu? Disini titik kebuntuan akal, karena tidak mampu mengetahui Tuhannya siapa! Oleh karenanya, semenjak zaman nenek moyang akal mencari Tuhan, maka akal memukan bahwa Tuhan itu roh-roh suci, maka lahirlah aliran animisme. Ada juga yang menemukan Tuhan itu dalam benda-benda tertentu, maka lahir pula aliran dinamisme dan lain sebagainya.
Tetapi ketika akal dibimbing oleh wahyu, maka akal akan menemukan Tuhan yang sebenarnya, yaitu Allah SWT. Melalui dengan firmanNya QS al-Baqarah:22: “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah SWT., padahal kamu mengetahui.”
Dilihat dari kenyataan di atas, akal akan buntu dalam pemikirannya apabila tidak dibimbing oleh wahyu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akal adalah alat pencari kebenaran yang harus dilegitimasi oleh wahyu, agar kebenaran tidak menjadi abstrak dan relativistis serta sesuai dengan aturan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan
Dari uraian yang di berikan diatas dapatlah disimpulkan :
  1. Akal adalah anugerah atau kelebihan yang diberikan Allah SWT. kepada umat manusia yang berfungsi untuk berpikir, sehingga diperoleh pemahaman dan pemecahan terhadap suatu masalah. Dan dengan akal inilah, Allah SWT. meninggikan derajat manusia diatas mahluk-mahluk yang lain.
  2. Wahyu adalah petunjuk dari Allah SWT. yang disampaikan kepada nabi-Nya baik untuk dirinya sendiri maupun untuk disampaikan kepada umat yang berfungsi sebagai pedoman hidup. Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera penglihatan manusia
  3. Hubungan antara akal dan wahyu yakni : akal berfungsi untuk memahami wahyu, dan wahyu berfungsi untuk meluruskan kerja akal.
Akal dan wahyu digunakan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi umat manusia. Antara akal dan wahyu terdapat ruang dimana keduanya dapat bertemu dan bahkan saling berinteraksi, yakni pada saat wahyu merekomendasikan berkembangnya pengetauan dengan memberikan ruang kebebasan bagi akal untuk berpikir dengan dinamis, kreatif dan terbuka. Sehingga hubungan antara akal dan wahyu tidak bertentangan akan tetapi sangat berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, bahkan kedua-duanya saling menyempurnakan.
Saran
Kami mengharapkan para pembaca bisa mengambil pelajaran dari makalah kami ini, dan member kritikan dari setiap kesalahan yang ada karena kami manusia biasa yang dhaif, dan jika ada benarnya itu semata-mata dari Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’arie, Musa. 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Lembaga studi Filsafat Islam.
Nash Hamid Abu Zaid. 2001;  Tekstualitas Al-Qur’an: Kritik Terhadap Ulumul Qur’an, Yogyakarta : LKIS,
Nasution, Harun. 1986; Akal Dan Wahyu Dalam Islam, Jakarta : Universitas Indonesia.

ulama sesungguhnya atau ulama sekedar status saja

Di zaman modern, terkadang dengan mudah sosok tertentu digelari sebagai alim (jamak: ulama). Apalagi jika didukung media. Dengan mudah seseorang akan diorbitkan.
Misalnya pada bulan lalu. Seorang aktifis pembela LGBT yang tertangkap kamera menjadi peserta demo tiba-tiba tampil di sebuah stasiun televisi dengan dandanan ustadz. Parahnya lagi, dengan terang-terangan mengaku gay.
Masruq rahimahullah pernah mengatakan satu hal yang membuat seseorang menjadi alim dan satu hal yang menjadi tanda bahwa orang itu jahil (bodoh).

كَفَى بِالْمَرْءِ عِلْمًا أَنْ يَخْشَ اللَّهَ وَ كَفَى بِالْمَرْءِ جَهْلًا أَنْ يُعْجِبَ بِعَمَلِهِ

“Cukuplah seseorang itu dikatakan alim jika ia takut kepada Allah dan cukuplah seseorang itu dikatakan bodoh jika ia ujub dengan amalnya sendiri”
Inilah nasehat agung yang dituturkan oleh Masruq, seorang ulama tabi’in yang sering kali shalat sunnahnya membuat kakinya bengkak hingga sang istri menangis melihatnya. Dialah ulama tabi’in yang sering puasa sunnah hingga pernah pingsan karena tetap berpuasa di musim kemarau yang sangat panas. Dialah ulama yang ketika menunaikan haji tak pernah tidur kecuali dalam kondisi sujud.
Dialah ulama yang pernah mendapat hadiah 30.000 dinar dari seorang pembesar Bashrah. Saat itu, sebenarnya ia sangat membutuhkan uang karena berada dalam kondisi kekurangan. Namun ia tidak menerimanya sembari mengatakan “ini adalah rezeki dari arah yang disangka-sangka.” Masruq menolak pemberian penguasa itu. Ketika ulama’ lain mengetahuinya, hal itu membuat mereka semakin tahu kemuliaan Masruq.
Nasehat Masruq merupakan petuah berharga bagi setiap muslim. Bahwa seorang alim, syarat utamanya adalah takut kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana firman-Nya:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama” (QS. Fathir: 28)
Indikator utama inilah yang membedakan antara ulama sesungguhnya atau ulama sekedar status saja. Imam Al Ghazali menggunakan istilah ulama su’. Ulama yang jelek. Yakni mereka yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Mungkin pengetahuannya banyak, mungkin wawasannya luas, namun jika ia tidak takut kepada Allah, ia bukanlah seorang ulama. Kalaupun harus disebut ulama, ia adalah ulama su’.
Bagian kedua dari nasehat Masruq adalah kebalikannya. Satu hal yang menjadikan seseorang jahil (bodoh). Yakni ketika seseorang ujub dengan amalnya. Ia merasa amalnya banyak. Ia merasa amalnya paling baik. Lalu ia merasa takjub dengan dirinya sendiri, menganggap dirinya paling baik, menganggap dirinya layak masuk surga.
Ini mengingatkan kita pada sabda Rasulullah tentang satu peristiwa di akhirat nanti. Ada seorang yang dimasukkan Allah ke dalam surga dengan rahmatNya, namun ia menganggap berhak masuk surga dengan amalnya. Lalu ditimbanglah seluruh amalnya tersebut dengan dibandingkan nikmat penglihatan. Rupanya, seluruh amal ahli ibadah itu tidak cukup untuk “membayar” nikmat penglihatan saja. Apalagi jika dibandingkan dengan keseluruhan nikmat yang kita terima. Apalagi jika kita bukan ahli ibadah sepertinya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]

Pentingnya Sabar

Assalamualaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah atas segala nikmat yang telah Dia berikan kepada seluruh umat Islam di seluruh Dunia. Shalawat serta salam tentu tak kan pernah terlupa untuk nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya sehingga kita bisa keluar dari jaman kebodohan.

Kaum Muslimin yang semoga selalu dalam naungan Allah
Dalam kehidupan umat manusia, ada tiga kehidupan yang akan dilewati saat masih berda dalam kandungan, pada saat hidup di dunia dan pada saat kita mati yaitu kehidupan di akherat. Pada saat kita hidup di alam kandungan, maka kita belum dapat dikatakan sebagai manusia secara utuh karena secara akal kita belum memilikinya sehingga bentuk kewajiban ibadah juga belum ditanggungkan kepada kita. Kemudian selanjutnya adalah kehdupan dunia dan kehidupan akherat. Jika dibandingkan dengan kehidupan di akherat maka kehidupan di dunia merupakan kehidupan yang sangat singkat. Namun meski hidup di dunia itu sangat singkat berbagai kejadian telah banyak terjadi di kehidupan dunia baik itu suka dan duka akan selalu menghiasi kehidupan setiap manusia.

Kaum muslimin yang selalu dalam lindungan dan Rahmat Allah SWT

Manusia seringkali digelayuti oleh nasib yang berbeda dalam menjalani hari-harinya tanpa ada kepastian apa sebenarnya yang akan terjadi. Semuanya tentu merupakan hak prerogatif Allah. Kita sebagai manusia tentunya hanya harus tunduk dibawah keputusan dan juga kehendakNya. Namun bukan berarti terus kemudian sebagai manusia pasrah karena memang Allah sendiri tidak akan merubah suatu kaum jika kaum itu sendiri tak merubahnya. Untuk itu seringkali Allah menguji hambaNya untuk memberikan kepada pilihan kepada manusia, apakah ia akan terus menjadi seorang hamba yang taat atau mungkin juga ia akan menjadi seorang hamba yang ingkar. Dan salah satu cara untuk dapat melalui itu semua adalah dengan cara sabar.

Kaum muslimin yang selalu dalam naungan Allah
Seorang Imam besar yaitu Imam Ghazali mengatakan bahwa sabar merupakan menguatkan dorongan agama untuk mengalahkan dorongan hawa nafsu manusianya. Jasi sabar merupakan sebuah konsep agresif untuk terus selalu maju dengan cara melepaskan diri dari segala masalah dan juga kesedihan. Kesabaran seharusnya tidak selalu diartikan untuk menerima segala bentuk kesedihan dan keadaan yang tidak kita inginkan, namun juga sabar yang bisa diaplikasikan ke segala aspek kehidupan termasuk bersabar pada saat kita mendapatkan nimat.

Dalam agama Islam, sabar merupakan bagian dari tubuh amal. Bahkan sifat sabar menempati pada bagian kepala. Sehingga tidak akan ada keimanan bagi orang yang tidak mampu bersabar.

Kaum muslimin yang selalu dalam naungan Allah
Kita sebagai muslim yang beriman, tentunya harus bersabar atas segala apa yang telah digariskan oleh Allah. Karena terkadang, apa yang baik bagi seorang hamba belum tentu dianggap baik bagi Allah. Dan Allah mengetahui atas segala apa yang tidak kita ketahui.

Takdir dan Ikhtiar

                                                        Konsep Takdir dan Ikhtiar

 Pengertian Takdir
TakdirKata takdir (taqdir) berasal dari akar kata qadara yang antara lain berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran, sehingga jika kita berkata, “Allah telah menakdirkan demikian,” maka itu berarti, “Allah telah memberi kadar/ukuran/batas tertentu dalam diri, sifat, atau kemampuan maksimal makhluk-Nya.”  Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu ada takdirnya, termasuk manusia.
 Takdir Dalam Agama Islam
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan, umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala sesuatu yang sudah terjadi.
 Jenis-Jenis Takdir
Pada dasarnya, takdir dapat dibagi menjadi tiga: takdir ghaibi, takdir syar’i, dan takdir kauni. Ketiga takdir ini menjelaskan kehendak Allah atas segala sesuatu. Konsep takdir ini berisi tentang kehendak-kehendak Allah yang ghaib, masalah kewajiban-kewajiban manusia, dan hukum-hukum Allah yang berlaku di alam semesta ini.
a.       Takdir ghaibi
Adalah apa-apa yang Allah kehendaki terhadap kita (manusia). Takdir ini bersifat ghaib, rahasia, dan baru diketahui setelah terjadinya takdir tersebut. Dasarnya adalah kehendak Allah yang ghaib. Contohnya,kehendak Allah terkait gender, tempat dan tanggal lahir, orang tua yang melahirkan, dan waktu dan tempat kematian.
b.      Takdir syar’i
Yaitu apa-apa yang Allah kehendaki dari diri kita. Sifatnya nyata, yaitu dapat diprediksi berdasarkan hukum sebab akibat. Dasarnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Contohnya adalah konsep surga dan neraka.
c.       Takdir kauni
Yaitu apa-apa yang Allah kehendaki terhadap alam ini. Sifatnya nyata. Dasarnya adalah sunnatullah (hukum-hukum Allah atas alam ) , memenuhi hukum sebab-akibat, tetap, dan universal. Contohnya adalah hukum-hukum sains seperti fisika: hukum Newton, gravitasi, siklus air, dan termodinamika. Takdir ini berjalan menjaga keteraturan alam semesta. Ia seperti kitab undang-undang sebab akibat yang tertulis di alam, tetapi hanya orang yang berilmu yang dapat membacanya.

 Konsep Takdir 
Takdir adalah suatu yang sangat ghoib, sehingga kita tak mampu mengetahui takdir kita sedikitpun. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha, dan berusahapun telah Allah jadikan sebagai kewajiban. “Tugas kita hanyalah senantiasa berusaha, biar hasil Allah yang menentukan”, itulah kalimat yang sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang menegaskan pentingnya mengusahakan qadha untuk selanjutnya menemui qadarnya.
Takdir itu memiliki empat tingkatan yang semuanya wajib diimani, yaitu :
a. Al-`Ilmu, bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena segala sesuatu diketahui oleh Allah, baik yang detail maupun jelas atas setiap gerak-gerik makhluknya. Sebagaimana firman Allah :
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلاَّ يَعْلَمُهَا وَلاَ حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الأَرْضِ وَلاَ رَطْبٍ وَلاَ يَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. Al-an`am:59)

b. Al-Kitabah, Bahwa Allah mencatat semua itu dalam lauhil mahfuz, sebagaimana firman-Nya :
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاء وَالْأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab. Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj:70)

c. Al-Masyiah (kehendak), Kehendak Allah ini bersifat umum. Bahwa tidak ada sesuatu pun di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan iradat/masyiah (kehendak /keinginan) Allah SWT. Maka tidak ada dalam kekuasaan-Nya yang tidak diinginkan-Nya selamanya. Baik yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Zat Allah atau yang dilakukan oleh makhluq-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya :

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia” (QS. Yasin:82)

d. Al-Khalqu, Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai penciptanya, pemiliknya, pengaturnya dan menguasainya, dalam firman-Nya dijelaskan :
إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar:2).
Impliksi Iman Kepada Takdir
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untukmerubahnya.Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu dinilainya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang dilarang juga (QS. Al Hadiid:23).
Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan takdirnya) maka diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati.

Pengertian Ikhtiar
ikhtiar-dan-doaIkhtiar berasal dari bahasa Arab (إخْتِيَارٌ) yang berarti mencari hasil yang lebih baik. Adapun secara istilah, pengertian ikhtiar yaitu  usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Maka, segala sesuatu baru bisa dipandang sebagai ikhtiar yang benar jika di dalamnya mengandung unsur kebaikan. Tentu saja, yang dimaksud kebaikan adalah menurut syari’at Islam, bukan semata akal, adat, atau pendapat umum. Dengan sendirinya, ikhtiar lebih tepat diartikan sebagai “memilih yang baik-baik”, yakni segala sesuatu yang selaras tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, jika usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha yang akan dilakukan harus dikuasai dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman (mitra) yang mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional.
 Dalil-Dalil Tentang Ikhtiar
Berikut ini adalah dalil tentang ikhtiar dalam alquran
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ * سورة الرعد 11
Artinya : … Sesungguhnya allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri … ( QS. Ar-Ra’du 11 )
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ * سورة الجمعة 10
Artinya : Apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia allah dan ingatlah allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. ( QS. Al-Jumu’ah 10 )


Manfaat Ikhtiar
Seorang muslim yang senantiasa berikhtiar akan memiliki dampak positif, di antaranya sebagai berikut :
  1. Merasakan kepuasan bathin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuanya yang di miliki.
  2. Terhormat di hadapan allah dan sesama manusia.
  3. Dapat berhemat karena merasakan susahnya bekerja.
  4. Tidak mudah berputus asa.
  5. Menghargai jerih payahnya dan jerih payah orang lain.
  6. Tidak menggantungkan orang lain dalam hidupnya.
  7. Menyelamatkan akidahnya, karena tidak ( bebas ) bertawakal kepada makhluk.
 Larangan Berputus Asa
Allah telah mencontohkan kisah Nabi  Ya’qub dalam Al-Qur’an sebagai contoh nyata pelajaran orang-orang yang ditimpa kesusahan dan larangan berputus asa. Nabi Ya’qub yang terus berdo’a dan berharap pada Tuhannya setiap saat agar tidak termasuk orang-orang yang berputus asa, karena berputus asa pada kebaikan Tuhan adalah sifat-sifat orang yang kafir.

Kisah itu digambarkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al-Qur’an surah Yusuf ayat 87 يَابَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
”Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir”. (QS: Yusuf: 87)

 Tauhid dan Peningkatan Mutu Sumberdaya Manusia
    Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluksosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk.
 Peranan Tauhid dalam peningkatan SDM
Sebagai umat islam maka dituntut untuk mengimani adanya Qadla dan Qadar Alloh. yang mana telah  sedikit dijelaskan tentang hubungan takdir dan ikhtiar, umat islam harus berusaha dalam menumbuhkan sikap tidak pantang menyerah untuk menggali potensi yang di miliki dengan bekal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sebagai pemberi potensi dan yang Maha Mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya yang telah berusaha.
Untuk meningkatkan mutu SDM diperlukan berbagai macam pendidikan dan pengajaran, salah satunya adalah tauhid. Dalam hal ini pendidikan tauhid adalah pemberian bimbingan kepada anak didik agar ia memiliki jiwa tauhid yang kuat dan memiliki tauhid yang baik dan benar. Sedangkan pengajaran tauhid yang baik adalah pemberian pengertian tentang ketauhidan, baik sebagai aqidah yang wajib diyakini maupun sebagai filsafat hidup yang membawa kepada kebahagian hidup duniawi dan ukhrawi.
Pendidikan dan pengajaran tauhid, baik yang berhubungan dengan aqidah maupun dalam kaitan dengan ibadah, akan menanamkan keikhlasan pada diri seseorang dalam setiap tindakan atau perbuatan pengabdiannya. Keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah inilah yang membuat tauhid bagaikan pisau bermata dua, satu segi untuk kehidupan di akhirat sisi lainnya untuk kehidupan di dunia. Dalam hal keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah ini, menjadikan manusia berfikir kepada kehidupan di Dunia dan di Akhirat. Dari situlah manusia berusaha meningkatkan kualitas baik ibadahnya maupun dalam sumberdaya yang ia miliki sebagai peningkatan kehidupan Dunia. Sehingga dalam hal tersebut manusia dapat mencapai tujuan dunia dan di Akhirat secara seimbang dan sempurna. Jadi dengan tauhid manusia dapat meningkatkan sumberdaya yang ia miliki, karena di dalam tauhid terdapat tujuan hidup yang bukan untuk akhirat saja, melainkan untuk dunia juga dengan melalui peningkatan kinerja, kejujuran, mutu pemikirannya dan kuwalitas hidup yang lain.
Pendidikan dan pengajaran tauhid kepada anak harus dimulai sejak anak itu kecil. Pada waktu itu, orang tua lah yang bertanggung jawab dalam pendidikan tersebut, sebab anak adalah amanah dari Allah yang harus di jaga, dirawat, dibimbing dan yang terpenting adalah diberikan pendidikan khususnya masalah ketauhidan. Fitrah anak yang mempunyai keimanan kepada Tuhan sejak sebelum  ia lahir ke Dunia, harus disalurkan secara wajar dan dibina terus menerus sehingga perkembangan aqidahnya semakin lama semakin sempurna. Sehingga, ia menjadi manusia bertauhid yang betul-betul mencintai Allah diatas segala-galanya.
Usaha-usaha pemupukan rasa keimanan sebagai fitrah manusia harus sungguh-sungguh mendapat perhatian setiap orangtua atau pengasuh anak. Usaha tersebut dilakukan melalui tiga proses yaitu pembiasaan, pembentukan pengertian dan pembentukan budi luhur.
  1. 1.  Tahap pembiasaan, pemupukan rasa keimanan dilakukan anak dimasa kanak-kanak. Dalam tahap ini, aktifitas yang di lakukan hanya memberikan pengenalan secara umum dan membiasakan anak untuk ingat bahwa tuhan itu ada.
  2. 2.  Tahap pembentukan pengertian meliputi masa sekolah sampai menjelang remaja. Pada usia ini anak cenderung suka berhayal. Oleh karena itu, kesukaan seperti ini bisa dimanfaatkan oleh orang tua untuk menanamkan tauhid melalui cerita-cerita tentang keagungan Allah.
  3. Tahap pembentukan budi luhur. Tahap ini berlangsung pada masa peralihan dari remaja menuju dewasa.pada masa ini seorang anak sering mengalami kebimbangan dan mudah terombang ambing oleh problema yang dihadapi. Bimbingan dilakukan dengan cara memberikan keinsyafan dan kesdaran bahwa segala apa yang ada adalah ciptaan tuhan dan semuanya milik Tuhan.Apabila pertumbuhan dan perkembangan pengenalan kepada Allah berjalan dengan baik dan lancar dan kebiasaan baik yang berhubungan dengan tauhid sudah menjadi aktifitas keseharian maka terbentukalah rasa iman kepada Allah yang cukup mendalam bagi dirinya.