bertaubalah sebelum terlambat

Manusia adalah makhluk lemah. Tak kuasa untuk bersih dari dosa dan maksiat. Ditambah dengan godaan pasukan iblis yang berusaha selalu menyeretnya ke dunia hitam. Di saat yang sama, Allah membuka pintu taubat yang seluas-luasnya, agar mereka tidak putus asa dari rahmat Sang Pencipta. Tinggal satu yang perlu digugah: Kapan saatnya kita mau bertaubat?

Dari Pemuda untuk Kejayaan Peradaban

Kekuatan dan kapasitas pemuda dalam menuntut ilmu dijalan Alllah SWT

Belajar dari masa lalu

Kemarin adalah masa lalu yang bisa dijadikan pelajaran untuk menjalani hidup di masa sekarang demi meraih sebuah harapan di masa depan yang lebih baik dari masa lalu dan masa sekarang

Hargai waktu, Karena masa lalu tak dapat diubah

Menjadi apa anda di 5 tahun mendatang adalah cerminan sikap dan aktivitas yang anda lakukan sekarang itu tercemin dari bagaimana anda menggunakan waktu anda. Gunakan waktu dengan bijak karena waktu terus berjalan tanpa memihak kepada siapapun. Waktu sangatlah berharga dan terbatas dan sudah seharusnya di gunakan dengan sebaik-baiknya.

Ulul Albab (Generasi Muslim Cerdas Berkualitas)

Cerdas dalam kaca mata kita tentu ditujukan untuk mereka yang pandai mengurai dan memecahkan masalah dalam ilmu pengetahuan tertentu, atau mereka yang mampu menyelesaikan satu problem tertentu. Tapi kita tak pernah siap mendalami apa konsep manusia cerdas dengan kacamata wahyu, yaitu pandangan Alloh subhaanahu wata’ala .

Selasa, 24 Mei 2016

AYAH....

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ اْلإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

Setiap engkau adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya: Seorang pemimpin adalah pemelihara, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. (HR. al-Bukhori)

Di antara hal yang tidak diragukan lagi karena memang terjadi adalah bahwa setiap ayah mendambakan anak sebagai buah hati bisa sukses dan berhasil dalam pendidikan dan sekolahnya serta kehidupannya.
Karenanya, ayah senantiasa berdo'a kepada Allah agar memberikan kemudahan dan keteguhan bagi anak tercinta.
Ayah menjanjikan hadiah dan mengabulkan keinginan si buah hati jika lulus dalam ujian dan memberikan ancaman serta marah jika sampai gagal dalam ujian.
Perasaan seperti ini memang merupakan fitrah manusia dan memang terjadi di antara kita.

Akan tetapi wahai Ayah yang penyayang, apakah perhatianmu kepada si buah hati berupa perhatian penuh terhadap sekolah, pendidikan, masa depan dan urusan dunianya itu -karena memang engkau sadar itu adalah kewajibanmu- sama seperti perhatianmu terhadap akhirat mereka?

Apakah engkau benar-benar memikirkan dan mengkhawatirkan nasib mereka setelah mati seperti halnya perhatianmu akan kenyamanan dan kebahagiaan hidup mereka sewaktu di dunia?

Inilah tanggung jawabmu wahai Ayah.

Engkau curahkan semuanya untuk dunia yang fana sementara engkau abaikan akhirat yang kekal selamanya.
Engkau sibuk memikirkan kehidupan mereka tapi engkau lupakan keadaan setelah matinya.
Engkau bangun bagi mereka rumah dari tanah, batu dan bata di dunia tapi engkau haramkan mereka untuk mendapatkan rumah di akhirat yang indah bertatahkan intan permata.

Itulah keinginanmu!
Itulah angan-anganmu!

Semuanya tidak lebih dari agar anak-anakmu bisa jadi dokter, insinyur, pilot ataupun tentara.
Ya Allah!  

Semuanya itu hanya cita-cita dunia…..!

Engkau berusaha, bekerja membanting tulang dan bersungguh-sungguh hanya untuk dunianya…

Mana usahamu untuk akhiratnya wahai Ayah……?

Fenomena ini bukanlah sesuatu yang jarang terjadi, bahkan mayoritas manusia demikian adanya.
Mereka begitu serius berusaha mempersiapkan segala sesuatunya untuk pendidikan fisik anak-anaknya.
Tetapi mereka menelantarkan pendidikan hatinya yang padahal dengannyalah anak-anaknya bisa hidup dan bahagia atau sebaliknya binasa dan sengsara. Inilah kenyataan!

Ayah!
Mungkin engkau mengira bahwa ini hanyalah perkataan yang tiada beralasan.
Tapi jika engkau ingin bukti maka simaklah wahai Ayah yang penyayang!

Bayangkan atau anggap anakmu terlambat mengikuti ujian di sekolahnya.

Apakah yang engkau rasakan wahai Ayah?

Bukankah engkau akan berlomba dengan waktu mengantarkan anakmu agar bisa mengikuti ujian meskipun terlambat?
Bahkan sebelumnya, bukankah engkau akan rela untuk tidur setengah mata agar bisa membangunkan si buah hati supaya tidak terlambat?
Bukankah engkau akan melakukan segalanya agar anak tercinta yang menjadi kebanggaanmu bisa ikut ujian tepat waktu?
Saya yakin jawabannya adalah Ya. Bukankah engkau melakukan semua itu wahai Ayah?

Akuilah!!

Sekarang, apakah perasaanmu itu sama atau akan muncul juga ketika anakmu terlambat shalat Shubuh?
Apakah engkau akan berusaha agar anakmu shalat Shubuh tepat waktu?
Saya hanya berprasangka baik bahwa engkau memang shalat Shubuh tepat waktu.
Karena jika tidak, bagaimana mungkin engkau akan membangunkan anak-anakmu sementara engkau sendiri terlambat untuk itu?

Kemudian, bukankah engkau setiap hari senantiasa bertanya kepada anakmu tentang sekolahnya?
Apa yang dipelajari, apa yang dilakukan, jawaban apa yang diberikan ketika ujian dan berharap jawaban itu benar?

Tetapi, apakah setiap hari engkau bertanya juga tentang urusan agamanya?
Apakah engkau bertanya sudahkah dia shalat?
Dengan siapa dia duduk dan bergaul?
Tidakkah engkau bertanya apa yang dia lakukan ketika tidak di rumah, ta'at atau maksiat?

Ayah, bukankah dadamu terasa sesak ketika tahu bahwa si buah hati salah dalam menjawab ujian?
Bukankah engkau merasa terhimpit ketika tahu bahwa nilainya jauh di bawah sempurna bahkan rata-rata?
Bukankah engkau merasa terpukul ketika tahu bahwa dia gagal dalam ujiannya?
Akan tetapi, apakah dadamu juga terasa sesak, dadamu juga terasa terhimpit ketika tahu bahwa anakmu sangat minim dalam menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya terlebih sunah-sunahnya?

Tidakkah ini cukup menjadi bukti bahwa engkau lebih dan hanya memperhatikan dunianya dan mengabaikan akhiratnya?

Ayah, engkau mengira apabila anakmu tidak lulus ujian berarti kandas sudah cita-cita dan harapan yang ada.
Engkau menyangka bahwa dalam hal itu tidak ada kesempata kedua terlebih ketiga. Ketahuilah wahai Ayah…, bahwa kegagalan yang hakiki…, kegagalan yang memang tidak ada lagi kesempatan kedua atau ketiga untuk memperbaiki, adalah masuknya mereka ke dalam neraka dengan api yang panas menyala-nyala.
Tahukah engkau bahwa kegagalan yang hakiki adalah penyesalan dan kerugian yang disertai adzab yang pedih lagi menghinakan?
Setelah ini akankah engkau masih beralasan bahwa kita sekarang hidup di dunia sehinga harus fokus memikirkannya?

Kalau begitu kapankah engkau akan fokus memikirkan akhirat padahal di akhirat nanti tidak ada lagi amalan yang ada hanyalah pembalasan?

Sungguh wahai Ayah jikalau demikian adanya kita berlindung kepada Allah darinya maka tidaklah bermanfaat kesuksesan yang diraih di dunia.
Tidaklah bermanfaat ijazah, harta, istana yang megah, kedudukan dan kekuasaan kalau ternyata catatan amal perbuatan diberikan dari arah kirinya.
Kemudian mereka akan berteriak:
Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-sekali tidak memberikan manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaannku dariku. (Al-Haqqah: 25-29)

Ah…sungguh tidak bermanfaat kekuasaanku, ilmu duniaku, serta ijazahku.
Semuanya telah hilang, semuanya lenyap…yang ada hanyalah kerugian dan kegagalan.

Tahukah engkau apakah kerugian itu?
Tahukah engkau apakah kegagalan itu?

Ya, di dunia kerugian dan kegagalan itu adalah jika anakmu tidak bisa menjadi dokter, atau insinyur atau pilot dan guru.
Akan tetapi di akherat, yang ada hanyalah kebahagiaan atau kesengsaraan.
Yang satu berarti surga yang lainnya berarti neraka.
Akankah engkau rela membiarkan mereka mengalami kerugian dan kegagalan dalam arti kesengsaraan di dalam neraka?

Saya tidak katakan tinggalkan anak-anakmu!
Saya tidak katakan biarkan mereka jangan diajari masalah dunia!
Tidak, demi Allah, saya tidak katakan demikian.
Saya hanya katakan bahwa akherat lebih utama dan ditekankan untuk diperhatikan, lebih serius untuk diusahakan dan lebih bersunguh-sungguh untuk beramal meraih kebahagiaannya.

Wahai Ayah…!
Siapakah di antaramu yang begitu bersemangat bersungguh-sungguh mendatangkan seorang pendidik untuk mengajarkan kepada anaknya Al-Qur'an dan menerangkan As-Sunnah?

Sungguh sedikit sekali yang telah berbuat demikian.
Alangkah baik kiranya kalau mereka tidak memfasilitasi anak-anaknya dengan sarana kerusakan.
Akan tetapi kita lihat justru mereka dengan jeleknya pemikiran dan kurangnya perhitungan malah mendatangkan kejelekan bagi anak-anaknya dengan memfasilitasi dengan kendaraan-kendaraan, sopir pribadi, pembantu (pelayan) serta memenuhi rumahnya dengan barang-barang dan hal-hal yang diharamkan yang melalaikan dari dzikrullah dan ta'at kepada-Nya.

Siapakah di antara kalian wahai Ayah yang memberikan hadiah pada anaknya apabila hafal satu juz dari Al-Qur'anul Karim atau beberapa hadits dari hadits Nabi saw ?

Sungguh sangat sedikit sekali yang demikian ini.
Kita mohon kepada Allah agar memberkahi yang sedikit ini.
Kita lihat sebagian manusia, mereka menjanjikan pada anaknya apabila lulus ujian akan diajak pesiar menyusuri pantai yang indah atau wisata ke mancanegara, apakah Eropa atau Amerika, serta mereka menjanjikan dibelikan mobil agar bebas mengukur jalan.
Namun adakah di antara meraka yang menjanjikannya untuk diajak umrah atau haji dan mengunjungi masjid Nabi saw?

Setelah semua itu, tahukah engkau wahai Ayah apakah buah dari hasil pendidikan seperti itu?
Tahukah engkau apakah hasil dari pendidikan yang mengabaikan masalah akhirat tersebut?
Hasilnya adalah Al-Qur'an berganti menjadi majalah, siwak berganti menjadi rokok dan lebih parah lagi mereka akan hidup tidak ubahnya binatang ternak.
Tahukah engkau apa di antara yang membedakan kita dari binatang ternak?
Kita diberikan fasilitas untuk mengerti bahwa dunia hanyalah sementara.
Kita mengetahui bahwa ada kehidupan yang kekal selamanya.
Maka selayaknyalah kita untuk berusaha menggapai kebahagiaan di sana.
Tetapi apabila tidak demikian maka tidaklah beda dengan binatang bahkan lebih sesat karena kita diberi fasilitas sedangkan mereka tidak. Mereka seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A'raf: 179)

Di samping memperhatikan pekembangan fisik anak, kita juga harus memperhatikan pendidikan akal dan hati mereka.
Kita harus memikirkan nasib mereka setelah matinya.

Langkah  
pertama untuk itu adalah kita perbaiki terlebih dahulu diri kita, karena dengan baiknya diri kita maka mereka akan ada di atas keteguhan dan kekokohan serta ada di dalam penjagaan Allah swt. Allah berfirman:Ayah mereka berdua adalah orang yang shalih (Al-Kahfi: 82)

Kedua, kita jadikan bimbingan dan pengajaran Islam sebagai tujuan. Tidak ada halangan untuk belajar dan mempelajari ilmu-ilmu dunia akan tetapi tidak sebesar perhatiannya terhadap akhirat. Allah berfirman:Dan carilah apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan nasib (bagian)mu dari (keni'matan) dunia. (Al-Qashash: 77)

Wahai Ayah!
Maka takutlah engkau kepada Allah pada apa yang menjadi tanggunganmu karena engkau akan diminta pertanggujawabannya di hadapan Allah.

Takutlah engkau kepada Allah bahwasanya Allah telah memberikan anak sebagai amanat kepadamu tapi engkau justru membukakan pintu-pintu kejelekan bagi mereka.

Allah mengamanatimu tapi engkau malah menyibukkan mereka dengan film-film, sinetron-sinetron, perangkat-perangkat kekejian, majalah-majalah porno dan semisal dengan itu.

Jika demikian adanya berarti engkau telah mengkhianati amanat yang dipikulkan kepadamu dan engkau telah menipu mereka yang menjadi tanggunganmu.

Nabi saw bersabda:Tidaklah seseorang diberi amanat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya (tanggungannya) kemudian dia mati dalam keadaan menipu mereka, melainkan Allah haramkan baginya surga. (HR.Bukhari Muslim)

Ayah….!
Jika engkau memang sayang pada buah hatimu, tidak ingin menipu mereka dan juga tidak ingin mengkhianati amanat yang dipikulkan di pundakmu, maka kemarilah!

Kemarilah untuk sama-sama menyimak wasiat Luqman kepada anaknya.
Wasiat seorang ayah yang yang sangat menyayangi anaknya dan menebusnya dengan sangat mahal dan berharga.
Tahukan engkau apakah dia mewasiatinya dengan dunia?

Apakah dia mewasiatinya dengan intan permata dan segala perhiasan kemewahan lainnya?

Tidak, bahkan dia mewasiati anaknya dengan apa yang akan menjadikannya ada dalam kehidupan yang baik.
Kehidupan yang akan menyelamatkannya dari adzab Allah yang pedih.
Sungguh Allah telah mengabadikannya dalam Al-Qur'an.
Pernahkah engkau mendapatinya?
Tahukah engkau apakah wasiatnya itu?

Adalah Luqman Al-Hakim dengan kasih sayang yang begitu besar kepada anaknya, dia berwasiat agar jangan berbuat syirik, yakni menyekutukan Allah swt. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, waktu dia memberikan nasihat kepadanya:

'Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah sebesar-besar kezhaliman. (Luqman: 13)

Ya… adakah kezhaliman yang lebih besar dari syirik?
Itulah apa yang dikhawatirkan Luqman pada anaknya sehingga mewasiati agar jangan sampai terjatuh ke dalamnya.
Adakah engkau pernah menyampaikan ini pada anakmu?

Kemudian, beliau dengan segenap kasih sayangnya menunjukkan pada anaknya apa yang akan menyelamatkan anaknya dari adzab Allah yaitu dengan menghadap kepada-Nya melalui shalat, memerintahkan yang ma'ruf serta mencegah dari yang munkar.

Adakah engkau demikian wahai ayah?
Saya berharap engkau sudah memenuhi semuanya sehingga hanya tinggal menyampaikannya kepada anakmu.
Karena jika tenyata engkaupun belum demikian…maka ini adalah mushibah dari sebenar-benar mushibah, dan kita berlindung darinya.

Setelah itu, Luqman mewasiati anaknya agar berhias dengan akhlaq yang mulia yang akan mengangkat jiwanya dan akan tinggi derajatnya. Janganlah sombong dan menghina sesama. Sederhanalah dalam berjalan dan lunakkanlah suara dalam pembicaraan. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 19)

Inilah wahai Ayah, sejumlah wasiat dari ayah yang begitu sangat menyayangi dan mendambakan kebahagian bagi si buah hati.

Pernahkah engkau menyampaikannya pada anakmu, sebagiannya atau bahkan seluruhnya..?!

Ada fenomena yang sangat kita sesali dan kita keluhkan semuanya kepada Allah, yakni sebagian ayah berusaha mematahkan semangat anaknya dan menghalangi kesungguhannya ketika melihat bahwa Allah telah memberikan hidayah kepadanya untuk mendalami dan mengamalkan ilmu agama. Bahkan di antara mereka ada yang sampai menghasut dan menakut-nakuti serta menebar was-was.
Mereka mengatakan bahwa belajar agama hanya akan mengikat kebebasan jiwa.
Mereka juga mencela dan juga memperolok-oloknya, sehingga tidak tahu lagi apakah yang dicela itu adalah orangnya atau agama yang dibawanya.
Maka apakah ini perlakuannmu terhadap apa yang menjadi amanatmu?
Apakah ini yang engkau nasihatkan kepada mereka?

Takutlah engkau kepada Allah!

Takutlah bahwasanya Allah sentiasa mengawasi bagaimana engkau mendidik mereka.
Ajarilah mereka apa yang bermanfaat baginya dari urusan agama dan dunianya.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan sendau gurau belaka.
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa.
Maka tidaklah kamu memahaminya!(Al-An'am:32)

Ayah….!
Engkau telah menyiapkan anakmu untuk menghadapi ujian dunia.
Maka takutlah kepada Allah dan ketahuilah olehmu serta beritahukanlah kepada anak-anakmu bahwa barang dagangan Allah (surga) jauh lebih berharga dan lebih mahal dari perhiasan dunia.
Dan ajarkanlah serta beritahukanlah mereka bahwa kesuksesan yang hakiki ada pada membatasi diri pada apa yang Allah ridlai.
Beritahukanlah kepada mereka dan ketahui olehmu juga bahwa kebahagiaan yang hakiki ada pada taqwa dan ta'at kepada Allah.

Serta ketahuilah olehmu bahwa kaki seorang hamba tidak akan bergeser sejengkalpun dari posisinya pada hari kiamat dan akan diadukan kezhalimannya oleh orang yang pernah dizhaliminya.
Anak akan senang bisa mendapatkan ayahnya untuk mengadukan kezhaliman yang pernah dilakukannya, demikian juga istrinya.
Pada hari kiamat nanti anak-anak akan membantah dan menyalahkan ayah-ayah mereka dengan berkata:
Wahai Rabb kami, ambil lah hak kami pada ayah kami yang zhalim ini. Dia telah menyebabkan kami tidak melakukan apa yang Engkau ridlai.
Dialah yang telah mendidik kami tidak ubahnya binatang ternak.
Dialah yang mendatangkan berbagai hal yang membinasakan dan tidaklah ada satu kerusakan melainkan didatangkannya ke hadapan kami.
Maka apakah yang nanti akan engkau katakan untuk menjawab semuanya itu wahai Ayah yang penyayang, yang begitu sayangnya sehingga menjerumuskan anaknya pada kebinasaan?
Bahkan pada akhirnya nanti sama-sama ada dalam kebinasaan.
Yaitu pada hari dimana tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak.
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Asy-Syu'araa': 88-89)

Maka di manakah hartamu?
Di manakah anak yang engkau banggakan itu?

Mereka justru menyalahkanmu dan menyeretmu untuk ikut merasakan panas neraka karena engkaulah yang punya andil besar untuk itu.

Kita berlindung kepada Allah dari semua itu dan memohon agar Allah menunjukkan kita kepada kebaikan dan memberikan kekuatan dan kemudahan untuk menempuhnya serta dimatikan di atasnya, serta kita memohon kepada-Nya agar menyelamatkan kita, keluarga serta anak keturunan kita dari adzab-Nya yang pedih.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Terakhir wahai Ayah!
Bertaqwalah engkau kepada Allah.
Takutlah Engkau kepada-Nya pada apa yang engkau lakukan untuk anakmu.
Perbaikilah pendidikan mereka!

Jagalah mereka dari segala kerusakan dan kealpaan dalam segala kebaikan.
Lakukanlah sejak sekarang selama mereka masih ada di hadapan kalian.
Selama kalian masih bisa bersungguh-sungguh mengusahakan.
Lakukanlah segera sebelum kalian hanya bisa melakukan celaan dan penyesalan yaitu pada hari dimana tidak akan bermanfaat lagi celaan dan penyesalan.
Dan Allah lah tempat kita meminta perlidungan dan pertolongan.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); di sisi Allah lah pahala yang besar. (At-Thagaabun: 15)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6)

Senin, 23 Mei 2016

Mari bersedekah

Sedekah mungkin bagi sebagian orang yang mampu dan mapan mungkin itu adalah hal yang mudah bahkan ada yang sudah diberi rezeki Allah SWT hatinya masih tertutup untuk menyedekahkan sebagian hartanya untuk membutuhkan, harta kita bukanlah apa yang kita miliki saat ini tapi apa yang telah kita sedekahkan untuk kepenpetingan banyak, fenomena yang baru-baru ini hangat yaitu beli  *** yang 100rb sanggup tetapi sedekah ke masjid pikir-pikir dulu, apa yang disedekahkan tidak hanya harta jika tidak mampu cukup dengan senyuman ketika bertemu itu merupakan sedekah yang kecil tapi mulia seperti yang dijelaskan pada ayat-ayat berikut ini :

Allah Kasih Pada Orang Bersedekah, Al-Baqarah, Ayat 195:

“Dan belanjakanlah (apa yang ada pada kamu) kerana (menegakkan) agama Allah, dan janganlah kamu sengaja mencampakkan diri kamu ke dalam bahaya kebinasaan (dengan bersikap bakhil); dan baikilah (dengan sebaik-baiknya segala usaha dan) perbuatan kamu; kerana sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berusaha memperbaiki amalannya.”

Allah Akan Sentiasa Membalas Kebaikan Kepada Orang Yang Bersedekah, Al-Baqarah, Ayat 215:

“Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad): apakah yang akan mereka belanjakan (dan kepada siapakah)? Katakanlah: “Apa jua harta benda (yang halal) yang kamu belanjakan maka berikanlah kepada: Kedua ibu bapa, dan

kaum kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan orang-orang yang terlantar dalam perjalanan. Dan (ingatlah), apa jua yang kamu buat dari jenis-jenis kebaikan, maka sesungguhnya Allah sentiasa mengetahuiNya (dan akan membalas dengan sebaik-baiknya).”

Allah Melipat Gandakan Ganjaran Kepada Orang Yang Bersedekah, Al-Baqarah, Ayat 245:

“Siapakah orangnya yang (mahu) memberikan pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (yang ikhlas) supaya Allah melipatgandakan balasannya dengan berganda-ganda banyaknya? Dan (ingatlah), Allah jualah Yang menyempit dan Yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepadaNyalah kamu semua dikembalikan.”

Sedekah Jadi Peneman Di Hari Akhirat, Al-Baqarah, Ayat 254:

“Wahai orang-orang yang beriman! Sebarkanlah sebahagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kamu, sebelum tibanya hari (kiamat) yang tidak ada jual-beli padanya, dan tidak ada kawan teman (yang memberi manfaat), serta tidak ada pula pertolongan syafaat. Dan orang-orang kafir, mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Allah Melipat Gandakan Ganjaran Kepada Orang Yang Bersedekah, Al-Baqarah, Ayat 261:

“Bandingan (derma) orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah, ialah sama seperti sebiji benih yang tumbuh menerbitkan tujuh tangkai; tiap-tiap tangkai itu pula mengandungi seratus biji. Dan (ingatlah), Allah akan melipatgandakan pahala bagi sesiapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (rahmat) kurniaNya, lagi Meliputi ilmu pengetahuanNya.”

Allah Janjikan Pahala Kepada Orang Bersedekah, Al-Baqarah, Ayat 262:

“Orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan (ugama) Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang mereka belanjakan itu dengan perkataan membangkit-bangkit (pemberiannya), dan tidak pula menyinggung atau menyakiti (pihak yang diberi), mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.”

Sedekahlah Dengan Penuh Beradab, Al-Baqarah, Ayat 263:

“(Menolak peminta-peminta sedekah) dengan perkataan yang baik dan memaafkan (kesilapan mereka) adalah lebih baik daripada sedekah (pemberian) yang diiringi (dengan perbuatan atau perkataan yang) menyakitkan hati. Dan (ingatlah), Allah Maha Kaya, lagi Maha Penyabar.”

Larangan Mengungkit-Ungkit Apa Yang Disedekahkan, Ayat 264:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jangan rosakkan (pahala amal) sedekah kamu dengan perkataan membangkit-bangkit dan (kelakuan yang) menyakiti, seperti (rosaknya pahala amal sedekah) orang yang membelanjakan hartanya kerana hendak menunjuk-nunjuk kepada manusia (riak), dan ia pula tidak beriman kepada Allah dan hari akhirat. Maka bandingan orang itu ialah seperti batu licin yang ada tanah di atasnya, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu ditinggalkannya bersih licin (tidak bertanah lagi). (Demikianlah juga halnya orang-orang yang kafir dan riak itu) mereka tidak akan mendapat sesuatu (pahala) pun dari apa yang mereka usahakan. Dan (ingatlah), Allah tidak akan memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.”

Allah Merahmati Orang Yang Bersedekah, Al-Baqarah, Ayat 265:

“Dan bandingan orang-orang yang membelanjakan hartanya kerana mencari keredaan Allah dan kerana meneguhkan (iman dan perasaan ikhlas) yang timbul dari jiwa mereka, adalah seperti sebuah kebun di tempat yang tinggi, yang ditimpa hujan lebat, lalu mengeluarkan hasilnya dua kali ganda. Kalau ia tidak ditimpa hujan lebat maka hujan renyai-renyai pun (cukup untuk menyiraminya). Dan (ingatlah), Allah sentiasa Melihat akan apa yang kamu lakukan.”

Betapa Ruginya Orang Yang Berharta Tapi Tidak Bersedekah, Al-Baqarah, Ayat 266:

“Adakah seseorang di antara kamu suka mempunyai sebuah kebun dari pokok tamar (kurma) dan anggur, yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, ia juga mempunyai dalam kebun itu segala jenis buah-buahan, sedang ia sudah tua dan mempunyai banyak anak cucu yang masih kecil, lalu kebun itu diserang oleh angin taufan yang membawa api sehingga terbakarlah ia ? Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu keterangan-keterangan, supaya kamu berfikir (dan mengambil iktibar).”

Sedekahlah Dari Apa Yang Terbaik, Al-Baqarah, Ayat 267:

“Wahai orang-orang yang beriman! Belanjakanlah (pada jalan Allah) sebahagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebahagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu sengaja memilih yang buruk daripadanya (lalu kamu dermakan atau kamu jadikan pemberian zakat), padahal kamu sendiri tidak sekali-kali akan mengambil yang buruk itu (kalau diberikan kepada kamu), kecuali dengan memejamkan mata padanya. Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Maha Kaya, lagi sentiasa Terpuji.”

Syaitan Sentiasa Menghasut Supaya Manusia Tidak Bersedekah, Al-Baqarah, Ayat 268:

“Syaitan itu menjanjikan (menakut-nakutkan) kamu dengan kemiskinan dan kepapaan (jika kamu bersedekah atau menderma), dan ia menyuruh kamu melakukan perbuatan yang keji (bersifat bakhil kedekut); sedang Allah menjanjikan kamu (dengan) keampunan daripadaNya serta kelebihan kurniaNya. Dan (ingatlah), Allah Maha Luas limpah rahmatNya, lagi sentiasa Meliputi PengetahuanNya.”

Sedekah Dibolehkan Secara Terang Atau Sembunyi, Al-Baqarah, Ayat 271:

“Kalau kamu zahirkan sedekah-sedekah itu (secara terang), maka yang demikian adalah baik (kerana menjadi contoh yang baik). Dan kalau pula kamu sembunyikan sedekah-sedekah itu serta kamu berikan kepada orang-orang fakir miskin, maka itu adalah baik bagi kamu; dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebahagian dari kesalahan-kesalahan kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui secara mendalam akan apa yang kamu lakukan.”

Sedekah Dijanjikan Balasan Baik, Al-Baqarah, Ayat 272:

“Tidaklah engkau diwajibkan (wahai Muhammad) menjadiKan mereka (yang kafir) mendapat petunjuk (kerana kewajipanmu hanya menyampaikan petunjuk), akan tetapi Allah jualah yang memberi petunjuk (dengan memberi taufik) kepada sesiapa yang dikehendakinya (menurut undang-undang peraturanNya). Dan apa jua harta yang halal yang kamu belanjakan (pada jalan Allah) maka (faedahnya dan pahalanya) adalah untuk diri kamu sendiri dan kamu pula tidaklah mendermakan sesuatu melainkan kerana menuntut keredaan Allah dan apa jua yang kamu dermakan dari harta yang halal, akan disempurnakan (balasan pahalanya) kepada kamu, dan (balasan baik) kamu (itu pula) tidak dikurangkan.”

Sedekahlah Walaupun Orang Miskin Tidak Meminta-Minta, Al-Baqarah, Ayat 273:

“(Pemberian sedekah itu) ialah bagi orang-orang fakir miskin yang telah menentukan dirinya (dengan menjalankan khidmat atau berjuang) pada jalan Allah (membela Islam), yang tidak berupaya mengembara di muka bumi (untuk berniaga dan sebagainya); mereka itu disangka: orang kaya – oleh orang yang tidak mengetahui halnya, kerana mereka menahan diri daripada meminta-minta. Engkau kenal mereka dengan (melihat) sifat-sifat dan keadaan masing-masing, mereka tidak meminta kepada orang ramai dengan mendesak-desak. Dan (ketahuilah), apa jua yang kamu belanjakan dari harta yang halal maka sesungguhnya Allah sentiasa Mengetahuinya.”

Ganjaran Sedekah Walau Dilakukan Secara Terang Atau Sembunyi, Al-Baqarah, Ayat 274:

“Orang-orang yang membelanjakan (mendermakan) hartanya pada waktu malam dan siang, dengan cara sulit atau terbuka, maka mereka beroleh pahala di sisi Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, serta mereka pula tidak akan berdukacita.”

Harta Orang Bersedekah Sentiasa Diberkati, Al-Baqarah, Ayat 276:

“Allah susutkan (kebaikan harta yang dijalankan dengan mengambil) riba dan Ia pula mengembangkan (berkat harta yang dikeluarkan) sedekah-sedekah dan zakatnya. Dan Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang kekal terus dalam kekufuran, dan selalu melakukan dosa.”

Alangkah Besar Pahala Bersedekah Kepada Orang Yang Berhutang, Al-Baqarah, Ayat 280:

“Dan jika orang yang berhutang itu sedang mengalami kesempitan hidup, maka berilah tempoh sehingga ia lapang hidupnya dan (sebaliknya) bahawa kamu sedekahkan hutang itu (kepadanya) adalah lebih baik untuk kamu, kalau kamu mengetahui (pahalanya yang besar yang kamu akan dapati kelak).”

Penting Bersedekah Kepada Kaum Kerabat, An-Nisaa’, Ayat 8:

“Dan apabila kerabat (yang tidak berhak mendapat pusaka), dan anak-anak yatim serta orang-orang miskin hadir ketika pembahagian (harta pusaka) itu, maka berikanlah kepada mereka sedikit daripadanya, dan berkatalah kepada mereka dengan kata-kata yang baik.”

Tiada Kerugian Pada Orang Yang Bersedekah, An-Nisaa’, Ayat 39:

“Dan apakah (kerugian) yang akan menimpa mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat, serta mereka mendermakan sebahagian dari apa yang telah dikurniakan Allah kepada mereka? Dan (ingatlah) Allah sentiasa Mengetahui akan keadaan mereka.”

Pahala Untuk Orang Yang Menyuruh Bersedekah, An-Nisaa’, Ayat 114:

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan sesiapa yang berbuat demikian dengan maksud mencari keredaan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat besar.”

Kesempurnaan Amalan Apabila Bersedekah Sesuatu Yang Kita Sayangi, Ali-Imran, Ayat 92:

“Kamu tidak sekali-kali akan dapat mencapai (hakikat) kebajikan dan kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu dermakan sebahagian dari apa yang kamu sayangi. Dan sesuatu apa jua yang kamu dermakan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Kamis, 19 Mei 2016

Laba-laba dalam Islam

Bismillahirrahmaanirahiim
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. 
Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.  (QS 29-Al ‘Ankabuut : 41)

Ayat tersebut mengemukakan betapa lemahnya sarang laba-laba.
Kitapun mungkin pernah mengais-ngais sarang laba-laba yang ada di sekitar rumah kita, yang memang nampak lemah karena mudah nian untuk dirusak.

Dan fakta lain justru menunjukannya sebagai sejenis serat yang sangat kuat.
Para ilmuwan di berbagai negara (a.l. Amerika Serikat) dewasa ini tengah bergiat meneliti misteri kekuatan serat sarang laba-laba secara lebih mendalam.
Beberapa hasil riset telah mengungkapkan bahwa serat tersebut ternyata lebih kuat daripada serat yang hingga kini dianggap terkuat (kevlar dan serat baja).
Hingga saat ini sudah dapat diketahui, bahwa kekuatan serat sarang laba-laba sekitar 3 kali serat kevlar (serat bahan rompi anti peluru) dan 5 kali lebih kuat dari serat baja.

Ayat Qauliyah dan ayat Kauniyah (atau realitas faktawi) yang pasti serba berkait erat dan saling membuktikan itu dapat kita ambil hikmahnya, a.l. sebagai sebentuk praktik cara mempersepsi ayat dan fakta yang mesti selalu kaaffah (= mempertalikan realitas secara relevan dan menyeluruh, proporsional, serta tepat), agar terhindar dari bentuk-bentuk persepsi yang mengarah kepada kekufuran (kufur ayat).

Sebelum adanya penelitian yang mengungkap kekuatan serat sarang laba-laba, kita semua nampaknya sudah sepakat bahwa serat itu memang sangatlah lemah.
Dan kemudian persepsi kita terhadap ayat tersebut barangkali bisa jadi sedikit agak ‘berubah’ setelah mengetahui fakta-fakta di sebaliknya yang malah menampakan kekuatannya.

Perkembangan pemikiran seperti itu sebenarnya juga kian menegaskan tentang sifat dinamis yang melekat pada daya persepsi manusia terhadap segala realitas, termasuk terhadap seluruh ayat Al Qur’an yang sifatnya mutlak (= pasti benar dan tetap pula kebenarannya itu).
Dalam hal ini bahwa dari sudut pandang kita (manusia) selaku perseptor, maka setiap teks Al Qur’an akan selalu nampak berkait secara dinamis dengan konteksnya.  Baik dalam konteks antar kata atau kalimat di dalam ayat, antar ayat, dan di antara surat (yang relevan tentunya), maupun konteks yang berkait dengan dinamika fakta-fakta Kauniyahnya.
Karena keterkaitan antar konteks tersebut, sementara fakta Kauniyahnya selalu berkembang (atau dinamis), maka bentuk-bentuk pertalian maknanya pun niscaya akan selalu nampak proporsional (atau khas).

Seperti halnya pertalian konteks ayat yang berkenaan tentang perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah yang adalah sangat lemah, dengan dinamika faktawi yang kita ketahui di jaman modern ini tentang betapa kuatnya serat sarang laba-laba (atau katakanlah bahwa serat tersebut satu-satunya bahan / materi yang paling kuat).
Selalu proporsionalnya nampak a.l. sbb :

  1. Bahwa serat laba-laba sebagai sarang (atau sejenis rumah), sampai kapanpun akan nampak lemah menurut ukuran manusia.
  2. Kemudian serat itu menjadi nampak kuat (menurut ukuran manusia pula), setelah melalui proses tertentu yang bentuknya bukan lagi sebagai sarang laba-laba.
  3. Apabila perumpamaannya kita buat terbalik, maka makna lain yang tersirat dari kekuatan serat itu boleh jadi juga berkait dengan konteks faktawi yang hingga kini nampak sedemikian marak terjadi di belahan bumi manapun.  Yaitu betapa ‘kuat’ (dalam arti banyak)nya umat manusia (termasuk di kalangan yang mengaku Islam) yang mencari perlindungan kepada selain Allah.
  4. Dan dalam 'Pandangan' Allah ta'ala, dalam bentuk seperti apapun (sarang atau bukan sarang), yang dibentuk oleh manusia jadi sebesar dan sebanyak apapun, tetap sahaja semua itu lemah adanya.

Dengan demikian menjadi kian jelaslah pertalian maknawi dari ayat tersebut.
Bahwa sesuatu di dunia ini yang paling kuat sekalipun dan sebesar serta sebanyak apapun, apabila itu dijadikan berhala atau dijadikan pelindung selain Allah, maka dari sudut pandang manapun pastilah sang sesuatu itu jadi nampak lemah (tiada kekuatan samasekali), bila dibanding Allah ta'ala Yang Al Qawiyyu (Maha Kuat), Al Matiinu (Maha Kokoh), dan Al Waliyyu (Maha Pelindung dan sebenar-benarnya Dzat Yang Maha Pemberi perlindungan).
Dan tentunya apalagi bila kita (atau umat manusia di jaman dahulu) sebatas mengetahui sarang laba-laba itu sebagai sejenis rumah yang lemah.

Wallahu’alam bisshawab.
Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil'adziim ...

Minggu, 15 Mei 2016

Jangan Menyerah

Di bawah ini adalah kata-kata motivasi yang ingin kita bagi bersama yang dapat menaikkan semangat sekiranya kita didatangkan masalah yang menyebabkan kita hampir berputus asa.

Hati yang terluka umpama besi bengkok walau diketuk sukar kembali kepada bentuk asalnya. Walaupun begitu Allah S.W.T membenarkan kita untuk membalas kejahatan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa melakukannya secara berlebih-lebihan namun bersabar itu adalah jalan yang lebih baik.

"Dan jika kamu membalas kejahatan (pihak lawan), maka hendaklah kamu membalas dengan kejahatan yang sama seperti yang telah ditimpakan kepada kamu, dan jika kamu bersabar, (maka) sesungguhnya yang demikian itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang sabar. – al-Nahl (16) : 126

Sabar adalah perkataan yang selalu kita ungkapkan. Apabila ada musibah menimpa orang sekeliling kita, dengan mudah kita melafazkan, sabarlah. However, the real test comes when we ourselves are facing such time of trial. Baru ketika itu kita benar-benar menghayati erti sabar yang sebenarnya.


Setiap individu sudah semestinya pernah menghadapi masalah dalam hidup. Cuma masalah yang dihadapi oleh seseorang itu berbeda. Bagaimana cara untuk mengatasinya juga adalah juga satu masalah. Namun hakikatnya setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Biasanya sebelum masalah itu selesai kita akan merasa sangat tertekan, hampir putus asa kerana tidak tahan menghadapinya.  Setiap hari kita tidak akan terlepas dilanda dengan masalah. Kita perlu bersedia menghadapi permasalahan tersebut dan mencoba mencari kaedah untuk mengatasinya.


Setiap masalah, kesukaran, kesakitan dan apa pun  yang menyiksa jiwa adalah merupakan ujian dari Allah untuk menguji sejauh mana iman kita.
firman Allah :
“Adakah manusia itu menyangka bahwa mereka dibiarkan saja setelah mengatakan; “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami ( Allah) telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta.” (Al-Ankabut: 2 – 3)
Ujian atau cobaan yang datang adalah dari Allah, ujian itu bisa sebagai kifarah dosa yang telah kita lakukan atau untuk mengangkat darjat kita di sisi-Nya. Allah juga tidak mencoba hamba-hamba-Nya tanpa mengirangira kesanggupannya atau kemampuan mereka untuk menghadapinya, ujian dan cobaan yang diturunkan Allah kepada hambanya adalah seiring dengan kemampuan individu itu untuk menyelesaikan masalahnya.

Firman Allah :
Allah tidak membebankan seseorang melainkan dengan kesanggupannya  (Al-Baqarah: 286)
Setiap ujian yang datang sebenarnya mempunyai banyak hikmah di sebaliknya. Yakinlah bahwa setiap kesusahan yang kita tempuhi pasti akan diganti dengan kesenangan.  Firman Allah dalam surah Al-Insyirah ayat 1-8 
“Sesungguhnya setelah  kesulitan itu pasti ada kemudahan”
“Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakal.” (At-Taubah: 129)
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan yang sabar dan dengan mengerjakan solat; dan sesungguhnya solat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk.” (Al-Baqarah: 45)
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi darjatnya jika kamu orang-orang yang beriman.” (Ali-Imran:139)
Yakinlah dengan janji Allah itu dan jangan cepat putus asa dengan masalah yang dihadapi sebaliknya tingkatkan usaha dan kuatkan semangat untuk mengatasinya, firman Allah:
“ …dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir” (Yusuf : 12)
Ujian yang datang juga tandanya Allah sayang kepada kita. Jadi ambillah waktu untuk menilai diri dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dalam apa jua yang kita lakukan. Lakukanlah untuk mencari ridha Allah. berfikir dengan positif bahwa setiap cobaan datang dari Allah dan pasti ada hikmah  tersendiri.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Seringkali apabila manusia diuji dengan musibah mereka berkeluh kesah dan merana. Tapi ketahuilah bahwa dibalik musibah itu ada hikmah yang sangat besar. Nabi bersabda  : Sesungguhnya besarnya balasan baik adalah dengan besarnya ujian dan bala (tahap ganjaran adalah setimpal dengan tahap kesukaran)

Allah s.w.t apabila menyayangi suatu kaum l didatangkan baginya ujian, siapa saja yang mampu redha maka ia memperoleh  ridha Allah dan barangsiapa yang ingkar , maka akan memperoleh azab Allah.” ( Riwayat At-Tirmizi)

Sabda Nabi s.a.w  : Amat dikagumi sifat orang mukmin, yaitu semua urusan yang menimpanya adalah baik, dan tidaklah seorang mukmin itu kecuali apabila di timpa kebaikan, ia bersyukur lalu menjadi kebaikan baginya; dan bila ditimpa musibah keburukan ia bersabar dan menjadi kebaikan baginya apabila ia ditimpa” ( Riwayat Muslim)

Firman Allah Ta'ala:
" Dan sungguh akan Kami(Allah) berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah:155-157).
Jadikanlah sabar dan solat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat sekali kecuali bagi orang yang khusyuk.” (Surah al-Baqarah, ayat 45)
Sabda Rasulullah SAW :

“Tiada seorang Muslim yang menderita kelelahan atau penyakit, atau kesusahan hati, bahkan gangguan yang berupa duri melainkan semua kejadian itu akan menjadi penebus dosanya.” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Hidup memerlukan pengorbanan. Pengorbanan memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan ketabahan. Ketabahan memerlukan keyakinan. keyakinan pula menentukan kejayaan. Kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan. Insyallah….

Kamis, 12 Mei 2016

Penciptaan Hewan

Hewan merupakan makhluk hidup ciptaan Allah swt yang memiliki habitat, cara hidup dan perilaku, ukuran, warna, bemtuk yang beragam-penuh dengan kejaiban. Para ahli zoology telah melakukan kajian tentang fenomena fauna untuk menyingkap misteri dunua binatang. Dalam perspektif Al Quran hewan merupakan salah satu bagian dari ayat-ayat Allah swt yang harus di kaji dan direnungkan. Jika fenomena tersebut di renungkan dapat mengungkap tanda-tanda eksistensi dan kekuasan Allah swt serta dapat memeperkokoh keimanan bagi orang-orang yang meyakininya. Pemahaman yang benar dan mendalam dapat mendekatkan diri kepada Allah swt.[1]

“Tahukah kalian semua jenis binatang?” Kami tahu kalian mengatakan “Tidak semua. Hanya beberapa dari mereka.” Tahukah kalian kehidupan makhluk-makhluk ini? Tahukah kalian bagaimana mereka dilahirkan? Bagaimana mereka hidup? Bagaimana mereka melindungi diri dan mencari makan? Barangkali kalian tak memiliki gambaran tentang seluk beluk kehidupan binatang.[2]
Ketika melihat keindahan binatang-binatang ini, ketahuilah bahwa Allah, Sang Pencipta semua makhluk ini, hanya ingin agar kita berpikir tentang keahlian dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas, mengakui bahwa Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dialah pemilik segala sesuatu. Allah juga menginginkan kita melihat keindahan dalam makhluk hidup ini, untuk mendapatkan kesenangan darinya dan oleh karenanya kita mencintai Allah dan berterima kasih kepada-Nya karena Allah Allah telah menciptakan makhuk-makhluk mempesona ini.
Dalam makalah ini, saya mencoba menguak tentang dunia hewan (fauna) dalam ayat-ayat kauniyah yang ada dalam Al Quran. Tentunnya dengan memahami ayat-ayat tersebut dapat mengantarkan kita dan memberikan kesadaran bagi kita semua bahwa Allah menciptakan makhluk dalam dunia itu beraneka ragam, tidak hanya manusia saja. Kita dituntut dapat hidup berdampingan dengan segala sesuatu yang Allah ciptakan, karena fitrah manusia di ciptakan itu sebagai khalifah. 
PEMBAHASAN
A.    Seurat An-Nur: 45
1.      Redaksi Ayat dan Terjemahannya
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِن مَّاء فَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى بَطْنِهِ وَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى رِجْلَيْنِ وَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى أَرْبَع
 يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاء إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya:
“Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air. Maka, sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas peurtnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain)berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakin-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa tas segala sesuatu.”
2.      Tafsir Ayat
Dalam ayat ini, Allah telah membuktikan kekuasanNya dengan menerangkan ihwal langit dan bumi serta peninggaalan alam yang tinggi. Berikut ini Allah membuktikannya denagn hal ihwal hewan:
 وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِن مَّاء Allah menciptakan setiap hewan yang melata di muka bumi dari air yang merupakan bagian materinya.
Disebutkannya air secara khusus diantara materi-nateri lain yang merupakan komposisinya, disebabkan sangat menonjolnya kebutuhan hewa terhadap air dank arena bagian-bagiannya yang bersifat tanah yang bercampur dengannya
 فَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى بَطْنِهِ Diantara ada yang berjalan diatas perurnya, seperti ular, ikan dan hewan reptilian lainnya. Geraaakannya disebut berjalan pada hal ia merayap menunjuk kepada kemampuannya yang sempurna dan bahwa sekalipun tidak mempunyai alat untuk berjalan namun seakan ia berjalan.
  وَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى رِجْلَيْAda yang berjalan diatas dua kaki, seperti manusia dan burung.
وَمِنْهُم مَّن يَمْشِي عَلَى أَرْبَعٍ  Ada pula yang berjalan diatas empat kaki, seperti binatang-binatangternak dan binatang buas.
Allah tidak menyebutkan binatang yang berjalan diatas lebih dari empat kaki. Seperti laba-laba dan serangga lainnya.
يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاء  Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya diantar yang telah disebutkan dengan perbedaan bentuk, anggota tubuh, gerak, tabiat, kekuatan dan perbuatan.
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ  Sesungguhnya Allah Maha Kuasa untuk mengadakan dan menciptakan segala sesuatu yang Dia kehendaki, Dia tidak berhalangan untuk menciptakan apapun yang Dia kehendaki.
Pendek kata, perbedaan hewan-hewan ini dalam anggota, kekuatan, ukuran badan, perbuatan dan tingkah lakunya, mesti diatur oleh Pengatur Yang Maha Bijaksana, Ynag Mengetahui segalaihwal dan rahasia penciptaannya, tidak ada sesuatu sekecil apa pu  di bumi dan langit yang tidak Dia ketahui, Maha Tinggi Allah setinggi-tingginya dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang ingkar.[3]                                                                                                         
B.     Surat Al-An ‘am: 38
1.      Redaksi ayat dan terjemahannya
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُم مَّا فَرَّطْنَا فِي الكِتَابِ مِن شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
Artinya:
” Dan tiadalah binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalamal-Kitab, kemudian kepada Tuhan lah mereka dihimpunkan
2.      Tafsiran Ayat
Secara umum, kita bisa menyimpulkan bahwa ayat ini bertujuan untuk menunjukkan betapa besar kuadrat kekuasaan Allah swt., dalam rangka membuktikan kemampuan-Nya memenuhi permintaan kaum kafir itu, yakni memenuhi kebutuhan binatang yang ada di darat, laut dan udara, sebagaimana Dia memenuhi kebutuhan manusia.
Asy-Sya’rawi menguraikan hubungan ayat ini dengan yang sebelumnya bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah menjelaskan kepada kita bahwa Dia yang Maha Kuasa telah menurunkan ayat-ayat yang Dia ketahui bahwa fitrah manusia yang sehat akan menerima dan mempercayainya sebagai ayat/bukti. Allah Swt telah menurunkan ayta-ayat Al-Qur’an bagi seluruh manusiaagar mereka percayakepad Rasul yang membawanya dan Al-Qur’an menjadi pedoman hidup bagi kebahagiaan umat manusia. Allah Swt manjadikkan manusia sebagain penguasa alam, semua wujud melayani mereka. Sungguh sangat wajar manusia memperhatikan dan menyadari bagaimana binatang-binatang ditundukkan Allah untuk kemaslahatan manusia, demikian juga bagaimana Allah menciptakan tumbu-tumbuhan untuk kepentingan binatang dan manusia. Maka jika Allah swt telah menundukkan semua itu untuk manusia demi kemaslahatan mereka sambil memberi kepada  masing-masing binatang dan tumbuhan itu sistem serta naluri yang sesuai baginya sekaligus mendukung fungsinya dan dalam bentuk yang menyenangkan manusia. Maka bagaimana mungkin Allah swt membiarkan manusia tanpa petunjuk dan ketentuan-ketentuan demi kebahagiaan hidup makhluk yang Dia jadikan khalifah di muka bumi ini?
Kata  بِجَنَاحَيْهِ (dengan kedua sayapnya) dalam ayat diatas  طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ  (burung yang terbang dengan kedua sayapnya), dibahas oleh ulama. Karena bukankah kata kedua sayapnya tidak diperlukan lagi setelah ditegaskannya kata burung? Sementara ulama berpendapat bahwa kata kedua sayapnya dimaksudkan untuk mengarahkan pandangan pendengar dan pembaca ayat ini akan kekuasaan Allah swt dalam penciptaan makhluk tersebut.
Ada juga yang berpendapat bahwa redaksi dengan kedua sayapnya, dimaksudkan untuk memberi makna menyeluruh sehingga mencakup segala jenis burung yang dapat terbang, tidak jauh berbeda tujuannya dengan penambahan kata bumi ketika ayat ini menyebut kata dabbah/ binatang. Penekanan tentang cakupannya yang menyeluruh itu diperlukan, karena boleh jadi sementara atau bahkan banyak orang tidak menyadari hakikat yang diungkap al-Qur’an ini, yakni binatang laut, darat dan udara adalah umat seperti manusia juga.
Ayat diatas tidak menyebut binatang laut atau sungai, karena laut / sungai adalah bagian dari bumi. Tiga perempat bagian bumi adalah air, dan  karena itu pula makhluknya dinamai dabbah/ binatang.
Kata ummah/ umat menunjuk kepada kelompok apa pun yang dihimpun oleh sesuatu, seperti agama, waktu, tempat, tujuan, sifat yang sama, baik penghimpunannya secar terpaksa maupun atas kehendak mereka.
Persamaan manusia dengan binatang-binatang laut, darat dan udara yang dimaksud ayat ini adalah keserupaan dalam berbagai bidang seperti, mereka juga hidup, beranjak dari kecil hiingga besar, merasa, tahu, mmemilki naluri. Tentu saja persamaan manusia denagn binatang-binatang itu tidak menyeluruh mencakup segala aspek, tidak juga setingkat, misalnya dalam kebuituhan, kekuatan  atau pikiran. Pernyataan al-Qur’an bahwa binatang-binatang itu adalah umat seperti manusia juga, antara lain perlakuan yang wajar terhadap mereka. Dalan konteks ini Nabi saw memerintahkan antara lain bila kita hendak menyembelih binatang supaya mengasah pisau terlebih dahulu.
Kata  الكِتَابِ (al-kitab) difahami oleh sementara ulama dalam arti al-Lauh Al-Mahfuzh, sedangkan al-Lauh al-Mahfuzh ada yang memahaminya sebagai sesuatu yang menghimpun apa yang telah, sedang, dan akan terjadi sejak awal kejadian hingga akhir masa. Ada juga yang memahaminya sebagai lambang yang menunjuk kepada Ilmu Allah yang mencakup segala sesuatu.
Jika al-Kitab dipahami seperti itu,maka ayat ini seakan-akan menyatakan” Keserupaan sistem atau tata cara hidup binatang laut, darat dan udara dengan manusia, membuktikan bahwa Allah swt tidak menciptakannya sia-sia, wujudnya pun memiliki tujuan, dan masing-masing tidak terhalangi unutk mencapai kesempurnaan sesuai dengan potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya. Manusia juga demikian, dan karena semua telah diketahui Allah serta terrcatat dalam Lauh Mahfuzd, maka semua akan dihimpun kelak di hari Kemudian.
Firman Nya:” kemudian kepada Tuhan lah mereka dihimpun”, oleh sementara ulama dijadikan dalil tentang akan dibangkitkannya binatang-binatang walau tujuan kebangkitannya tidak sepenuhnya sama dengan manusia. Pendapat ini mereka kukuhkan antara lain dengan firmanNya yang menjelaskan hari Kemudian yaitu: “Apabila binatang-binatang liar dikumpulkan”(Q.S.At-Takwir:5), selain itu ada juga beberapa hadits yang mendukung hal itu.
Ada juga ulama yang memahami ayat dan hadits tentang akan dihimpunnya binatang dalam arti majazi,simbol kesempurnaan keadilan yang ditegakkan Allah ketika itu. Ada pula yang memahami kata يُحْشَرُونَ dalam arti mati. Pendapat lain membatasi yang dihimpun hanya makhluk yang berakal saja. Betapapun yang pasti adalah keadilan sempurna hanya akan terwujud di akhirat kelak.[4]
C.     Surah An Naml: 6-9
1.      Redaksi surah dan Terjemahannya
وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ (6) وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ إِلَى بَلَدٍ لَمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلَّا بِشِقِّ الْأَنْفُسِ إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (7) وَالْخَيْلَ وَالْبِغَالَ وَالْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ (8) وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَائِرٌ وَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ (9)
Artinya:
(6) Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. (7) Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (8) dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (9) Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).
   2.  Tafsir mufrodat:[5]    
جَمَالٌ : sebagai perhiasan
جَائِر : menyimpang dari jalan yang lurus.
3.      Tafsir ayat:
            Pada ayat 6, Sayyid Qutb berkomentar bahwa ayat ini menggambarkan pandangan al Quran dan pandangan Islam tentang kehidupan. Keindahan unsur asasi dalam pandangan Islam itu, dan bahwa nikmat bukan sekedar pemenuhan kebutuhan primer dalam bentuk makanan, minum dan mengendarai kendaraan, teapi juga pemenuhan kerinduan yang melampaui kebutuhan pokok, yakni pemenuhan naluri keindahan serta perasaan gembira dan rasa kemanusiaan yang mengatasi kecenderungan dan kebutuhan binatang. Demikian lebih kurang Sayyid Qutb.
            Sedangkan ayat berikutnya (ayat 7) menjelaskan betapa Maha pengasih lagi Maha penyayangnya Allah kepada hambanya, dengan menciptakan binatang-binatang Allah memberikan manfaat darinya. Ditunjukkan dalam ayat ini bahwa binatang-binatang tertentu dapat membantu kalian semua dalam berpergian ke suatu daerah (Negara) yang kalian tidak mampu sampai Negara tersebut kecuali dengan bantuan dari binatang-binatang. Membantu disini maksudnya ialah memikul beban-beban (وَتَحْمِلُ أَثْقَالَكُمْ)  yang serasa kalian tidak mampu membawanya sendiri. Kecuali ada yang membantu (hewan) kalian untuk mengurangi beban atau kesulitan (keletihan yang demikian besar sehingga menghabiskan setengah kekuatan dari kalian)[6] dalam perjalanan tersebut.[7]
            Ketahuilah Allah swt telah menyebutkan dalam Al Quran tentang manfaat-manfaat hewan. Manfaat tersebut ada yang bersifat dhoruri dan mempunyai manfaat yang sebagai mana mestinya hewan tersebut dapat di manfaatkan.[8] Setelah ayat yang lalu menyebut binatang-binatang yang paling banyak dimiliki manusia sekaligus paling banyak manfaatnya, kini disebut lagi beberapa binatang lain, Yaitu pada ayat ke-8.
            Allah menciptakan tiga hewan yaitu kuda, bighal dan keledai untuk kalian supaya kalian dapat mengendarainya dan menjadikannya sebagai hiasan. Ayat ini hanya sebagai alat pengangkutsebagaimana halnya binatang ternak, ini bukan berarti bahwa ketiga binatang yang disebut disini tidak dapat digunakan sebagai alat angkut. Ayat ini berdialog dengan masyarakat arab yang ketika itu yang tidak terbiasa menggunakan kuda, baghal, keledai kecuali sebagai tunggangan dan hiasan. Kuda dan baghal mereka gunakan untuk berperang dan berburu, sedang keledai mereka tunggangi sebagai alat transportasi dalam kota. Karena ayat ini bertujuan menguraikan nikmat-nikmat Allah swt, maka tentu saja yang digarisbawahinya adalah hal-hal yang mereka rasakan langsung, walaupun yang tidak disebut itu merupakan juga aspek nikmat ilahi.
            Pada ayat ke-9, betapa Allah telah menjelaskan atau menunjukkan jalan kebenaran kepada kalian semua. Yang mengantarkan pada jalan kebenaran, sehingga kalian terhindar dari jalan yang menyimpang. Allah tidak hendak mengantarkan kalian secara langsung kepada jalan kebenaran. Akan tetapi Allah lebih menghendaki kalian dalam memberikan petunjuk, karena Allah menciptakan kalian semua itu supaya kalian berfikir dalam memahami petunjuk Allah. Dan Allah juga meniggalkan suatu alternative atau opsi supaya kalian dapat memilihnya.
D.    Surah An Naml: 66
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ
      1. Redaksi ayat dan Terjemahannya
66. Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.
2. Tafsir mufradat
2.      Tafsir Ayat
            Setelah menyebut air yang turun dari langit, kini diuraikan sebagian yang di bumi. Ayat ini memulai dengan sesuatu yang paling banyak dan dekat dalam benak masyarakat arab ketika itu, yakni binatang ternak. Dan untuk itu disebut susu yang di hasilkannya, dan dengan demikian bertemu dua minuman yang keduannya di butuhkan manusia dalam rangka makanan yang sehat dan sempurna, yakni susu.
            Para penyusun kitab tafsir al muntakhab yang terdiri dari sekian pakar mesir mengomentari proses terjadinya susu dengan menyatakan bahwa: “pada buah dada binatang menyusui terdapat kelenjar yang bertugas memproduksi air susu. Melalui uarat-urat nadi arteri, kelenjar-kelenjar itu mendaoatkan suolai berupa zat yang terbentuk dari darah dan chyle (zat-sat dari sari makanan yang telah di cerna) yang keduanya tidak dapat di konsumsi secara langsung. Selanjutnya kelenjar-kelenjar susu itu menyaring dari kedua zat itu unsur-unsur penting dalam pembuatan air susu dan mengeluarkan enzim-enzim yang mengubahnya menjadi susu yang berwarna dan aromanya sama sekali berbeda dengan zat aslinya”.[9]
E.     Analisis ayat-ayat berdasarkan perspektif sains:
Penelitian berbagai kelompok hewan dan perilakunya telah dilakukan secara cermat dan akurat, dengan menggunakan beragam peralatan canggih hinnga satelit. Para penelitipun menemukan adanya kelompok-kelompok hewan yng hidup di tiga area biologis: udara, darat dan air. Dan penemuan terkini terus memperlihatkan hal-hal baru seiring dengan kemajuan sains tekhnologi. Temuan-temuan ini juga memperlihatkan keteraturan yang signifikan dalam aktifitas kolektif setiap kelompok hewan untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup mereka dalam bertempat tinggal, bermigrasi, membangun tempat tinggal, mempertahankan diri, mencari makanan, dan aktifitas-aktifitas lainnya.[10] Para ilmuwan memperkirakan jumlah hewan mencapai lebih dari dua juta kelompok (family). Namun yang baru terngkap hingga sekarang hanya sebagian kecil saja.
Dalam fenomena hewan itu dikaji dari berbagai sub-devisi disiplin ilmu biologi dan zoology  seperti: anatomi, morfologi, fisiologi, reproduksi, taksonomi, ekologi dan lain-lain. Dalam konteks dan bingkai sub-divisi displin ilmu tersebut, pemakalah akan  mencoba membahas fenomena fauna yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran.
A.    Anatomi Hewan
Anatomi hewan adalah merupakan ilmu yang mempelajari mulai dari sel, jaringan, organ dan sampai organisme. Dengan anatomi, manusia akan mengetahui struktur dan bentuk dalam suatu organisme. Dengannya pula akan diketahui jika terjadi kelainan-kelainan pada suatu organisme
Dalam surah Al An`am, ayat 38, disana dapat kita temukan fenomena yang terdapat pada hewan-hewan, yaitu terdapat perbedaan antara binatang-binatang yang melata dengan binatang yang terbang dengan kedua sayapnya. Secara anatomis perbedaan antara keduanya tersebut, terletak pada struktur kerangka dan fungsi rangka. Misalnya, domba dan burung sebenarnya mempunyai tulang yang menyusun rangka sebagai lengan depan. Hanya saja lengan depan domba untuk berjalan sedangkan burung untuk terbang fenomena ini jika jika di analisis secara mendalam dan di terapkan pada masing-masing jenis hewan yang sudah teridentifikasi, akan menjadi obyek kajian yang luar biasa luas dan kompleksnya.[11]
B.     Morfologi hewan
Sebagaimana kita ketahui bahwa morfologi mempelajari “penampakan” bentuk luar organisme. Morfologi merupakan ilmu yang mepelajari struktur dan bentuk luar suatu organism sampai dengan perkembangannya. Mulai dari bentuk badan dan perkembangan serta manfaat bagian tubuh makhluk hidup. Studi morfologi pada hewan juga dapat membantu kaum muslimin dalam mengidentifikasi jenis-jenis hewan-hewan yang dihalalkan dan diharamkan.
Pada surah Al An`am, ayat 38 dan Al Mulk ayat 19 menyebutkan binatang yang ada di bumi dan burung yang terbang di udara dengan kedua sayap. Ini sebuah gambaran morfologis yang menunjukkan adanya perbedaan antara hewan dengan dasar struktur luar tubuhnya. Bagi burubg di sebutkan memiliki sayap, sebuah organ yang tidak dimiliki oleh semua jenis hewan. Hanya bangsa Aves yang mempunyai hal tersebut. namun tidak semua Aves yang juga dapat terbang seperti burung, bahkan setiap burung memiliki cara terbang yang berbeda-beda.[12]
C. Fisiologi Hewan
Kalau kita melihat fenomena hewan, pastinya akan lebih menarik ketika dikaji dari segi fisiologis. Fisiologis merupakan ilmu yang mempeljari proses yang terjadi dalam makhluk hidup, seperti proses pencernaan, pernafasan, hormonal, ekskresi, metabolism dan lain-lain.
Coba kita perhatikan pada surat An Nahl ayat 66, disana terdapat suatu `ibarah atau suatu pelajaran bagi manusia. Maurice Bucaile dalam bukunya Bibel Quran dan Sains Modern menjelaskan bahwa terjemahan Batn dengan badan lebih tepat dari pada perut, karena menurutnya kata batn tidak memiliki arti anatomi yang pasti. Demikian juga kata fars dengan usus. Secara fisiologis lebih tepat dari pada diterjemahkan dengan tahi atau kotoran.[13]
Bucaille lebih lanjut menjelaskan bahwa unsur-unsur susu itu keluar dari kelenjar-kelenjar penyusuan yang mendapat bahan makanan dari kunyahan makanan-makanan yang dibawa oleh darah yang beredar.[14] Contoh yang saya berikan disini ialah binatang onta, karena dalam buku-buku referensi ilmiah kontemporer menjelasakan bahwa dari segi komposisi susu onta dan manfaatnya sebagai bahan makanan dan obat-obatan.
Statistik menunjukkan bahwa onta betina dapat dapat diperah susunya sepanjang tahun rata-rata dua kali sehari, dan kira-kira dalam satu hari seekor onta betina menghasilkan 5-1- kg susu, sementara kalau dihitung dalam satu tahun penuh seekor onta bisa menghasilkan skitar 230-260. Kandungan air yang ada dalam air susu onta berkisar antara 84-90% . oleh karena itu , air susu berperan penting dalam menjaga kelangsunagn hidup anak onta dan penduduk yang hidup di kawasan bencana kekeringan.[15]
D. Reproduksi Hewan
Salah satu fenomena alam yang merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT adalah perkembangbiakan makhluk hidup. Reproduksi hewan merupakan bagian dari fenomena alam yang di sebutkan Al Quran sebagai tanda-tanda eksintensi Tuhan yang menciptakannya. Tanda-tanda adanya pencipta di balik penciptaan tersebut hanya dapat di pahami oleh yang memikirkan serta menerima dan mengikuti kebenaran tersebut jika telah datang kepadanya (beriman).
Sebenarnya banyak ayat yang menyimbolkan tentang reproduksi yang terjadi pada hewan. Tapi disini pemakalah hanya menunjukkkan beberapa ayat. Kita ketahui bahwa baghal (red surah an nahl ayat 8) adalah peranakan dari kuda dan keledai. Wujud baghal adalah hewan yang bentuknya mirip dengan kuda dan keledai tetapi bukan kuda atau keledai. Penyebutan ketiga hewan teesebut memberiksn inspirasi adnya perkawinan antar hewan yang tak sejenis tetapi masih mempunyai hubungan kekerabatan seperti kuda dengan keledai, bebek dengan menthok, dan lain-lain. Hewan pun bereproduksi untuk melestariakn generasinya. Hewan juga mengalami masa-masa birahi seperti manusia. Pada dunia hewan juga terdapat persaingan yang terkadang menyebabkan terjadinya perkelahian untu mendapatkan “sang idaman hati”. Fenomena tersebut sungguh sangat menakjubkan, di situlah letak keagungan Tuhan, seluruh alam berada di bawah genggaman dan aturanNya.
E. Taksonomi hewan
Al Quran secara tersirat dan tersurat memberi isyarat-isyarat kepada manusia agar tumbuh kuroisitas dengan ciptaan Allah swt yang bermacam-macam. Selain itu Al Quran juga menyinggung aneka ragam jenis hewan. Pada surah an Nur ayat 45, menggambarkan tentang sebagian dari cara hewan berjalan. Ada yang berjalan dengan perutnya, ada yang berjalan dengan kaki. Dan diantara hewan yang berjalan diatas kakinya tersebut, ada yang berkaki dua dan ada yang berkaki empat. Sebagian hewan ada yang berkaki enam atau bahkan berkaki banyak sehingga di sebut hewan berkaki banyak.[16]
KESIMPULAN
Sekarang marilah kita pikirkan apa yang sejauh ini telah kita pelajari tentang binatang. Dari burung yang dapat terbang dengan kedua sayapnya dan onta yang dapat menempuh perjalanan 150 km perhari ditengah padang pasir dan terik matahari yang menyengat, akan tetapi onta tersebut dapat melewati kawasan yang dimana notabennya manusia sendiri tidak dapat melewatinya.
Sebagai contoh, saat kalian membaca makalah ini, kalian tahu bahwa kalian harus tetap membuka mata. Tapi patut kalian ketahui, bahwa sebenarnya, untuk dapat membaca, tidak cukup hanya dengan membuka mata. Mata kalian harus melakukan berbagai hal pada saat yang bersamaan. Kalian boleh menyamakannya dengan permainan di komputer, untuk memulai permainan, kalian hanya perlu menekan tombol ‘start’, yang merupakan satu perintah untuk memulai berbagai hal yang rumit di dalam komputer. Sementara itu, kalian tinggal duduk dengan nyaman di atas kursi dan menikmati permainan tersebut. Sebagaimana komputer yang tidak terbentuk secara tiba-tiba, begitu juga dengan berbagai bagian yang membentuk mata kita.[17]
Ketika orang yang bijak mau mempelajari lebih dalam tentang ciptaan Allah, keyakinannya pada-Nya akan semakin dalam dan ia akan semakin mengakui keagungan dan kekuasaan-Nya. Bahkan sebenarnya satu keistimewaan saja dari satu makhluk-Nya secara langsung mengingatkan kita kepada Allah. Tidak hanya makhluk hidup, tapi juga segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan semua kejadian yang terjadi merupakan bukti nyata keberadaan Allah. Kalian harus bercermin dari hal-hal tersebut dan tidak pernah melupakan Keperkasaan Allah yang Tak Terbatas dan bahwa Dialah yang memberi segala kemurahan yang kita nikmati.
Tanamkan selalu di benak kalian bahwa semua keindahan yang kalian lihat di sekeliling kalian ada karena Allah menciptakannya.
Daftar Pustaka
·         Harun Yahya dalam file chm dalam pesona alam satwa.
·         M.Quraisy Syihab, Tafsir  Al- Misbah Jakarta: Lentera Hati.
·         Lihat maktabah syamilah dalam tafsir jalalen
·         Lihat maktabah syamilah dalam tafsir al muntakhob.
·         Lihat maktabah syamilah dalam tafsir ar razi
·         Lihat maktabah syamilah dalam tafsir al Maraghi
·         Prof. Dr. Yusuf Al Hajj Ahmad,  2008.  Kemukjizatan flora dan fauna dalam Al quran dan Sunnah, Yogykarta: Sajadah_press.
·         Imam Rosyidi. 2008,  Fenomena flora dan fauna dalam perspektif Al Quran. Malang: UIN Malang Press.
·         Mauruce Bucaille, 1990. Bibel Quran dan Sains Modern. Jakarta : Bulan Bimtamg
·         An nablusi, Al- I`jaz al Ilmi fi al kitab wa as sunnah)



[1]Lihat pendahuluan  dalam  buku Fenomena flora dan fauna dalam perspektif Al Quran.
[2]Lihat Harun Yahya dalam file chm dalam pesona alam satwa.
[3] Lihat maktabah syamilah Tafsir Al-Maraghi. Hal 119
[4] M.Quraisy Syihab, Tafsir  Al- Misbah juz 5 Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm:82-88
[5]. Lihat maktabah syamilah, tafsir jalalen
[6]Quraisy Syihab, Tafsir al Misbah (surah an Naml) Hal: 188
[7]Lihat maktabah syamilah dalam tafsir al muntakhob.
[8]Lihat maktabah syamilah dalam tafsir ar razi
[9]Quraisy Syihab, Tafsir al Misbah (surah an Naml) Hal: 275
[10] Prof. Dr. Yusuf Al Hajj Ahmad,  Kemukjizatan flora dan fauna dalam Al quran dan Sunnah. Hal: 185
[11]Imam Rosyidi, Fenomena flora dan fauna dalam perspektif Al Quran. Hal: 159-160
[12]Imam Rosyidi, Fenomena flora dan fauna dalam perspektif Al Quran. Hal: 166
[13] Mauruce Bucaille, Bibel Quran dan Sains Modern. Hal: 238-239  
[14]Ibid. hal: 39
[15] Prof. Dr. Yusuf Al Hajj Ahmad,  Kemukjizatan flora dan fauna dalam Al quran dan Sunnah. Hal: 216 (baca juga An nablusi, Al- I`jaz al Ilmi fi al kitab wa as sunnah)
[16]Imam Rosyidi, Fenomena  flora dan fauna dalam perspektif Al Quran. Hal: 183-184
[17]Lihat Harun Yahya dalam file chm dalam pesona alam satwa.
 
Sumber : http://maulana-qarina.blogspot.co.id/2013/10/hewan-dalam-al-quran.html