Sabtu, 16 April 2016

Sains dan ilmu pengetahuan

   Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengankata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali[8]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agamaIslam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai waktu-waktu tertentu”[9]. 
     Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknelogi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.

"Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan" (Q.S Ar - Rahman: 55/33).

    Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknelogi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menmbus angksa luar bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknelogi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan pelanet-pelanet lainnya. Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmua barat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam “kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui
Spanyol[10]” dan ini di akui oleh sebagian mereka. Sains dan teknelogi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, itu semua sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam al-qur’an, karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi al-Qur’an telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu, dan ini termasuk bagian dari kemukjizatan al-Qur’an, dimana kebenaran yang terkandung didalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiyah oleh sipa pun.

   Bagaimana Agama Memposisikan para Ilmuwan.Ilmu adalah cahaya yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Dengan keberadaan bahwa agama (Islam) begitu tinggi dalam memposisikan ilmu, tidak diragukan lagi bahwa kedudukan orang yang berilmu pun di sisi Allah memiliki derajat yang lebih tinggi dari orang-orang yang tidak berilmu. Demikian mulia kedudukan orang yang berilmu, sehingga dalam al-Qur’an pun banyak yang menjelaskan hal tersebut. Diantaranya termakhtub dalam surah al- Mujadalah:11, Allah berfirman “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.”    Selain termakhtub dalam al-Qur’an, terdapat pula ribuan hadits mengenai ilmu, dan beberapa sabda rasul mengenai kedudukan orang yang berilmu. Yakni: “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu maka Allah mudahkan jalannya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan membuka sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada diair. Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan di atas seluruhbintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar, tidak juga dirham, Yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yangmengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.    Faktor lain yang menggambarkan tentang tingginya dan sangat mulianya orang yang berilmu, yakni adanya janji Allah akan surga bagi mereka yang berilmu. Hadist nabi “Barang siapa menuntut ilmu maka dimudahkan Allah jalannya menuju surga”(HR. Imam Muslim). Jadi janji surga yang akan diberikan kepada penuntut  ilmu telah mendorong begitu banyak ilmuwan untukterus menuntut ilmu. Selain hadist tersebut, adapula hadist yang diriwatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud dan Turmizi “Sesungguhnya malaikat akan menaungi sayap-sayap mereka kepada  penuntut ilmu tanda ridha dengan apa yang mereka lakukan”.

     Dalam menuntut ilmu, agam Islam juga mengajarkan bahwa ruang bidang ilmu yang dipelajari tidak hanya harus terkungkung pada satu sudut ruang saja. Nabi bersabda kepada ummatnya; “Tunututlah ilmu sekalipun sampai ke negeri Cina”. Dalam hadist tersebut jika kita tela’ah dengan seksama, jika agama islam hanya menganjurkan kepada ummatnya untuk menuntu ilmu pada satu bidang tertentu saja (agama), maka tidak mungkin Nabi bersabda untuk menutntut ilmuhingga ke  negeri Cina. Merujuk pada keadaan pada saaat itu, bias diyakini bahwa ilmu Islam belumlah berkembang. Jadi yang dimaksud Nabi pada saat itu tentulah menganjurkan untuk juga mempelajari berbagai macam bidang ilmu, baik ilmu perbintangan, ketentaraan, keagamaan, al-jabbar, dan sebagainya

DAFTAR PUSTAKA

Kartanegara, Mulyadhi. Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam. Baitul Ihsan. Jakarta: 2006.
Heriyanto, Husein. Perkembangan Sains Islam Jilid Pertama. Makalah yang dipresentasikan  pada   seminar “Kritik   dan   Kontekstualisasi   Peradaban  Islam” .   
 Fakhry, Majid. Sejarah Filsafat Islam; Sebuah Peta Kronologis. Jakarta: Mizan.2002


0 komentar:

Posting Komentar